Filtrar por género
Cerita rakyat tidak hanya berfungsi sebagai hiburan semata, namun ia juga berfungsi sebagai media untuk menyampaikan tujuan tertentu. Cerita rakyat selain merupakan alat untuk menyampaikan kearifan lokal dan nilai-nilai budaya bagi generasi penerus, juga merupakan salah satu bahan ajar pendukung yang sangat berharga bagi pemelajar Bahasa Indonesia. Pengenalan dan pembelajaran bahasa dan budaya melalui sastra, khususnya cerita rakyat, akan lebih hidup dan menarik, serta memberikan warna yang berbeda. Mari mengenal Indonesia melalui khazanah budaya, cerita rakyat nusantara. Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
- 20 - Cerita Rakyat Bali - Kisah Lubdaka dan Hari Siwaratri
Siwaratri adalah hari suci yang dirayakan oleh umat Hindu dengan melaksanakan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa. Hari Siwaratri dirayakan setiap satu tahun sekali berdasarkan kalender Isaka yaitu pada purwaning Tilem atau panglong ping 14 sasih Kepitu (yaitu hari ke 14 bulan ke tujuh) sebelum bulan mati (tilem), dalam kalender Masehi setiap bulan Januari. Proses perjalanan satu hari sesudah Purnama menuju satu hari sebelum Tilem (Bulan Mati) disebut ”Panglong”. Siwaratri memiliki makna khusus bagi umat Hindu, karena pada saat itulah Hyang Siwa beryoga, sehingga menjadi hari baik bagi umat, untuk melakukan brata semadi dengan kegiatan penyucian dan perenungan diri serta melakukan pemujaan kepada Sang Hyang Siwa. Siwaratri berasal dari kata “siwa” dan “ratri”. Dalam bahasa Sansekerta Siwa berarti baik hati, memberikan harapan, membahagiakan dan suka memaafkan. Siwa juga adalah sebuah nama kehormatan manifestasi Tuhan yaitu Dewa Siwa yang berfungsi sebagai pelebur atau pemrelina. Sedangkan Ratri berarti malam atau kegelapan, sehingga jika digabungkan Siwaratri berarti pelebur kegelapan untuk menuju jalan terang. Jadi apa sesungguhnya makna dari hari raya Siwaratri ini? Nah, maknanya adalah malam renungan suci, malam dimana kita bisa mengevaluasi dan intro-speksi diri atas perbuatan atau dosa-dosa selama hidup, sehingga pada malam Siwaratri kita memohon kepada Sang Hyang Siwa yang juga sedang melakukan tapa yoga agar diberikan tuntunan untuk bisa keluar dari perbuatan dosa tersebut. Pada saat malam itulah umat Hindu melakukan pendekatan spiritual kepada Sang Hyang Siwa untuk menyatukan Atman dengan Parama Atman (roh manusia dengan Tuhan.) Nah, perayaan hari Siwaratri tidak terlepas dari kisah Lubdaka yang ditulis oleh Empu Tanakung. Kitab atau lontar Siwaratri kalpa mengisahkan kehidupan seorang pemburu binatang bernama Lubdaka, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama keluarganya. Simak kisah selengkapnya dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara. -----Credits------ Lukisan Lubdaka oleh Dewa Putu Kantor. Suara (Musik) latar 1: Musik Instrumen Suara Alam (Youtube: Suara Alam). Suara (Musik) latar 2: Namaste Music Flute Meditation oleh Shastro Music and Meditation. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Mon, 15 Feb 2021 - 17min - 19 - Info Budaya Bali - Saraswati, Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni
Segala sesuatu yang ada di dunia ini diciptakan dari cecek (titik). Cecek inilah yang berkembang menjadi sebuah bentuk. Dalam dunia binatang, orang Bali mengenal crekcek (cicak), yang suaranya berbunyi ‘cecek’. Setiap cecek bersuara, di sana diyakini ada kebenaran (Aji Saraswati). Cecek (titik) adalah sunya (kehadiran) awal dari kelahiran kita di muka bumi ini. Rangkaian cecek ini lalu melahirkan aksara. Aksara dalam agama Hindu bukan hanya sebagai tanda daripada bunyi. Tetapi dia adalah sebuah simbol. Secara etimologi, aksara memiliki dua suku kata, ‘a’ artinya awal dan ‘ksara’ artinya mulia. Jadi, cecek adalah lingkaran yang selalu menghadirkan kemuliaan bagi manusia. Dalam pandangan agama Hindu, kemuliaan ini dialirkan dalam ilmu pengetahuan. Di Bali, perayaan turunnya pengetahuan ini dirayakan setiap Saniscara Umanis, Wuku Watugunung tepat hari ini, yang dikenal dengan perayaan hari Saraswati. Dalam segmen Info Budaya kali ini saya akan berbagi mengenai makna dan penerapan hari raya Saraswati dalam kehidupan umat Hindu di Bali. Saya Dayu Juni Newman, inilah podcast Cerita Rakyat Nusantara. ----- Credits ----- Musik latar: Bali Janger Mejangeran-Folk Instrumental (Youtube: nys2772) dan Musik Instrument Suara Alam (Youtube: Suara Alam), Lukisan Dewi Saraswati (Jnanacrafts) --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sat, 30 Jan 2021 - 15min - 18 - Cerita Rakyat Bali - Kisah Dewi Saraswati
Cerita Rakyat Nusantara hadir kembali untuk Anda, pada hari ini Sabtu 30 Januari 2021 yang bertepatan dengan hari raya Saraswati. Lazimnya perayaan hari-hari besar agama Hindu, perayaan Saraswati juga diwarnai dengan mitologi-mitologi yang makin memperkuat keyakinan umat untuk memuja keagungan Tuhan. Salah satu mitologi menarik tentang Dewi Saraswati tertuang dalam Utara Kanda yang merupakan bagian dari epos Ramayana. Dalam cerita tersebut dikisahkan Dewi Saraswati bersemayam secara gaib di lidah Kumbakarna sehingga dunia terhindar dari kekacauan. Simak kisah selengkapnya bersama saya Dayu Juni Newman dalam Podcast Cerita Rakyat Nusantara. ----Credits----: Lukisan Dewi Saraswati oleh Ida Bagus Ketut Dharma. Musik latar: Jenggot Uban-Harmony Bali Instrument (Youtube: IGAW Official) dan Namaste Music Flute Meditation oleh Shastro Music & Meditation. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sat, 30 Jan 2021 - 15min - 17 - Info Budaya - Wayang Kulit Bali
Berjumpa kembali dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara, bersama saya Dayu Juni Newman. Pertunjukan wayang kulit, telah diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Wayang Kulit adalah seni tradisional Indonesia yang masih berkembang dengan sangat baik sampai saat ini. Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang sebagai istilah bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan dan nyanyian. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar. Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Wayang kulit dibuat dari bahan kulit sapi yang sudah diproses menjadi kulit lembaran. Satu wayang membutuhkan ukuran sekitar 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan besi berujung runcing berbahan dari baja. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan ukuran, ada yang runcing, pipih, kecil, besar dan bentuk lainnya yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda-beda. Namun pada dasarnya, fungsinya untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran. Selanjutnya dilakukan pemasangan bagian-bagian tubuh seperti tangan, pada tangan ada dua sambungan, lengan bagian atas dan siku, cara menyambungnya dengan sekrup kecil yang terbuat dari tanduk kerbau atau sapi. Tangkai yang fungsinya untuk menggerakkan bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya menggunakan prada yaitu kertas warna emas yang ditempel. Sementara itu, Dalang adalah bagian terpenting dalam pertunjukan wayang kulit (wayang purwa). Dalam terminologi bahasa Jawa, dalang (halang) berasal dari akronim ngudhal piwulang. Ngudhal artinya membongkar atau menyebar luaskan dan piwulang artinya ajaran, pendidikan, ilmu, informasi. Jadi keberadaan dalang dalam pertunjukan wayang kulit bukan saja pada aspek tontonan (hiburan) semata, tetapi juga tuntunan. Oleh karena itu, di samping menguasai teknik pedalangan sebagai aspek hiburan, dalang haruslah seorang yang berpengetahuan luas dan mampu memberikan pengaruh baik pada pertunjukan tersebut. Nah, ada banyak jenis-jenis Wayang Kulit di Indonesia. Tetapi, dalam segmen Info Budaya kali ini secara khusus, saya akan berbagi mengenai sejarah dan perkembangan Wayang kulit Bali. Simak selengkapnya sampai tuntas nanti. ----- Credits ----- : Backsound: Gender Wayang Bali (Youtube: Musik Bali) dan Musik Instrument Suara Alam (Youtube: Suara Alam). Lagu: Ratu Anom - Puspa Dewi. Rekaman Cenk Blonk: Aneka Record --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sat, 23 Jan 2021 - 1h 28min - 16 - Info Budaya - Kuliner Bali: Nasi Sela
Salah satu kuliner yang khas dari daerah Karangasem adalah Nasi Sela. Nasi Séla adalah makanan khas Karangasem yang berisi campuran nasi putih dan cacahan ubi berukuran kecil-kecil. Pada tahun 1970-an Nasi Sela sempat populer dan menjadi makanan pokok masyarakat setempat karena pada saat itu beras sangat langka di Bali. Hal tersebut menyebabkan sela (yaitu ketela/ubi) menjadi alternatif bahan campuran nasi, gaplek atau bahan makanan lain untuk menambah volume. Nasi séla yang mulanya merupakan makanan “pertahanan di masa krisis”, menjadi hidangan yang begitu menggugah selera. Meskipun Nasi Sela merupakan makanan yang khas dari daerah Karangasem, namun Anda juga dapat menemukan nasi sela di daerah lainnya di Bali. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Thu, 24 Dec 2020 - 07min - 15 - Cerita Rakyat Bali - Asal Usul Desa Terunyan
Cerita Rakyat Nusantara hadir kembali untuk Anda, bersama saya Dayu Juni Newman. Untuk edisi kali ini 31 Oktober 2020, saya akan menghadirkan satu cerita menarik mengenai asal usul Desa Terunyan. Terunyan atau Trunyan adalah sebuah desa yang berada di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, provinsi Bali. Desa Terunyan ini terletak di dekat Danau Batur. Jika berkunjung ke Kintamani, sayang sekali jika tidak mampir ke Desa Trunyan. Tempat ini merupakan salah satu desa tertua yang ada di Pulau Dewata. Tak hanya itu, para wisatawan yang datang ke tempat ini pun bisa menyaksikan tradisi masyarakat Desa Terunyan yang telah dilakukan secara turun temurun. Nah, bagaimanakah sejarah dari Desa yang memiliki tradisi unik ini, simak terus podcast Cerita Rakyat Nusantara sampai tuntas nanti. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sat, 31 Oct 2020 - 08min - 14 - Info Budaya Bali - Tradisi Megibung di Karangasem
Berjumpa kembali dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara bersama saya Dayu Juni Newman. Budaya Bali memang unik. Salah satunya yang selalu menarik perhatian wisatawan adalah Tradisi Megibung Karangasem yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda. Budaya ini pun menjadi salah satu tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat Karangasem. Bahkan, menjadi salah satu wisata budaya yang terkenal di Bali. Nah, dalam Info Budaya kali ini saya akan berbagi tentang tradisi Megibung yang ada di Karangasem. Jangan beranjak dulu, simak terus podcast Cerita Rakyat Nusantara sampai akhir. Lagu: Ratu Anom oleh Puspa Dewi. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sun, 25 Oct 2020 - 08min - 13 - Hari Raya Galungan
Om Swastiastu. Berjumpa kembali dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara bersama saya Dayu Juni Newman. Hari ini tepatnya tanggal 16 September 2020, umat Hindu Bali merayakan hari raya Galungan. Hari Raya Galungan ini diperingati setiap 6 bulan sekali dalam penanggalan Bali. Sejarah dan prosesi hari raya ini sangat bermakna bagi masyarakat Hindu di Pulau Dewata. Dalam kalender Bali, satu bulan terdiri dari 35 hari. Sehingga Galungan jatuh setiap 210 hari tepatnya pada hari Rabu (Budha) Kliwon Wuku Dungulan. Wuku adalah bagian dari suatu siklus dalam penanggalan Jawa dan Bali yang berumur tujuh hari (satu pekan). Siklus wuku berumur 30 pekan (210 hari), dan masing-masing wuku memiliki nama tersendiri. Perhitungan wuku (bahasa Jawa: pawukon) masih digunakan di Bali dan Jawa, terutama untuk menentukan "hari baik" dan "hari buruk". Sementara itu, kata Galungan sendiri berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti bertarung atau menang. Galungan juga berasal dari Dungulan yang berarti menang. Dalam kalender Bali wuku kesebelas bernama Dungulan sedangkan di Jawa bernama wuku Galungan. Namanya memang berbeda, tetapi memiliki arti sama yaitu kemenangan. Sehingga hari raya Galungan dimaknai sebagai hari kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kejahatan). Fred B. Eiseman Jr. dalam Bali Sekala and Niskala: Essays on Religion, Ritual and Art (1989) mengungkapkan bahwa Galungan menandai awal dari upacara keagamaan yang paling penting. Rakyat Bali percaya bahwa roh para leluhur akan pulang ke rumah di hari itu, dan menjadi kewajiban bagi mereka untuk menyambutnya dengan doa dan persembahan. Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan di Bali pada hari purnama Kapat tepat Budha Kliwon Dungulan, tanggal 15, tahun saka 804 atau 882 Masehi. Namun, ritual perayaan ini sempat terhenti selama bertahun-tahun. Akibatnya, raja-raja yang berkuasa di Bali kala itu banyak yang wafat dalam usia muda. Selain itu, dikisahkan dalam Lontar Sri Jayakasunu, Pulau Bali juga terus-menerus diguncang berbagai bencana. Hingga akhirnya, pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, perayaan Galungan diadakan kembali. Sri Jayakesunu memerintahkan rakyatnya untuk menyelenggarakan upacara yadnya untuk bumi, seperti dahulu kala ketika leluhur beliau memerintah pulau Bali, yang menyebabkan negara aman dan tenteram, terhindar dari penyakit serta bahaya yang menyulitkan. Nah, perayaan Galungan ini terus dilakukan, dan diadakan secara turun-temurun hingga saat ini. Di sisi lain, ada kisah berbalut mitos yang dipercaya oleh umat Hindu-Bali tentang awal mula perayaan Galungan. Bagaimana kisahnya, nah, jangan beranjak dulu, simak terus Info Budaya dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara sampai tuntas nanti. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Wed, 16 Sep 2020 - 39min - 12 - Cerita Rakyat Bali - Barong Landung
Barong Landung adalah salah satu jenis kesenian barong dari banyak seni sakral di Bali, merupakan kesenian yang dipentaskan pada saat pelaksanaan suatu yadnya, dan disesuaikan dengan keperluannya. Pementasan seni sakral ini sangat disucikan dan dikeramatkan oleh masyarakat Bali, dengan tujuan terciptanya dan tetap terjaganya keharmonisan alam semesta. Apabila di masyarakat terjadi suatu serangan wabah penyakit, maka dengan didahului proses permohonan spiritual oleh masyarakat kepada Ida Bhatara Dalem Sakti (Jero Gede) dan Jero Luh supaya berkenan turun ke dalam lambang berbentuk Barong Landung untuk mengusir para roh jahat yang mengganggu masyarakat desa. Setelah dilaksanakan permohonan maka Barong Landung diarak keliling kampung dan menari di depan setiap pintu gerbang pekarangan rumah (lawangan) yang satu ke lawangan rumah yang lain. Karena itulah maka prosesi ini disebut dengan Ngelawang. Biasanya dilakukan cukup lama, sampai beberapa hari untuk dapat memenuhi seluruh permohonan warga desa atau mencapai seluruh lawangan rumah penduduk desa. Pada waktu menari di depan lawangan, masyarakat pemilik lawangan, dibimbing Pemangku Barong Landung, menghaturkan sesajen berupa canang yang berisi dua biji uang kepeng dan segehan (upah kepada pengiring niskala-nya), yang dipersembahkan sebagai permohonan anugerah kesembuhan, keselamatan, dan kedamaian. Kemudian, masyarakat bersangkutan mendapat air suci dari Jero Gede dan Jero Luh untuk diperciki pada setiap anggota keluarga, bangunan, binatang peliharaan dan pekarangan, agar terhindar dari wabah penyakit. Dari hasil kajian pustaka terhadap kisah lahirnya Barong Landung di Bali ternyata terdapat banyak versi, yang semua maksudnya mengarah pada satu artefak yang sama. Adanya perbedaan versi kisah ini, juga disertai dengan sedikit perbedaan ciri-ciri penampilan fisik dan penokohan dari masing- masing versi. Hal ini disesuaikan dengan keperluan kisah yang akan ditonjolkan dalam pementasan atau seni pertunjukannya dan makna simboliknya. Nah, versi apa saja dari kisah Barong Landung ini? Simak Cerita selengkapnya dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara bersama saya Dayu Juni Newman. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Tue, 15 Sep 2020 - 24min - 11 - Info Budaya Bali - Tradisi Perang Pandan Desa Tenganan Pegringsingan
Desa Tenganan Pegringsingan menyimpan banyak tradisi yang diwarisi secara turun temurun, dan tetap dilestarikan hingga saat ini. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah Perang Pandan. Perang Pandan atau Mekare-kare merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat penganut Dewa Indra di desa Tenganan Pegringsingan. Dilaksanakan pada sasih Kelima atau sasih Sambah menurut kalender Tenganan Pegringsingan. Perang Pandan ditujukan sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa Indra atau Dewa Perang. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sun, 16 Aug 2020 - 14min - 10 - Cerita Rakyat Bali - Lelipi Selan Bukit
Lelipi Selan Bukit merupakan sebuah mitos yang dikenal luas oleh masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Desa Tenganan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Dalam mitos ini diceriterakan bahwa pada zaman dahulu Bendesa Tenganan memiliki ladang yang ditanami dengan berbagai tanaman seperti pisang, buah-buahan dan lainnya. Ladang tersebut pengolahannya diserahkan sepenuhnya kepada seorang penggarap yang bernama I Tundung. Berikut ini cerita selengkapnya untuk Anda. Simak terus podcast Cerita Rakyat Nusantara bersama saya Dayu Juni Newman. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Tue, 11 Aug 2020 - 11min - 9 - Info Budaya Bali - Tenun Gringsing Dobel Ikat
Info Budaya kali ini saya akan berbagi mengenai kain tradisional khas Bali Aga yang mengandung nilai budaya yang sangat tinggi serta penuh dengan nilai sejarah. Pastinya sudah tahu ya kain yang saya maksud? Iya, kain Gringsing. Kerumitan untuk membuat sebuah kain gringsing, baik dilihat dari teknik, waktu, serta aturan adat, membuat kain ini memiliki nilai yang luar biasa khususnya bagi warga desa Tenganan, Bali. Jalinan antara estetika dan mitos yang direpresentasi, membuat kain gringsing bernilai tinggi. Masyarakat Tenganan hanya mengenakan kain gringsing pada upacara tertentu. Perang Pandan salah satunya, ritual penghormatan kepada Dewa Indra yang selalu menghadirkan kain gringsing. Nah, lebih lengkapnya lagi, simak terus ya Info Budaya dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Fri, 07 Aug 2020 - 21min - 8 - Cerita Rakyat Bali - Sejarah Desa Tenganan Pegringsingan
Desa Tenganan adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa ini terletak di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem di sebelah timur pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi Dasa dan terletak kira-kira 10 kilometer dari sana. Desa Tenganan merupakan desa Bali Aga, yaitu desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan. Nah, episode kali ini dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara, saya akan berbagi mengenai latar belakang atau sejarah dari Desa Tenganan Pegringsingan. Ada beberapa cerita mitologi yang ada hubungannya dengan nama Desa Tenganan Pegringsingan yang sampai kini secara samar-samar masih hidup di kalangan masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan. Ingin tahu ceritanya seperti apa? Selengkapnya simak dalam podcast Cerita Rakyat Nusantara. Saya sertakan juga dengan penampilan Nonik Krisna salah satu Daha Tenganan dalam memainkan selonding, yang sungguh indah untuk didengarkan. Semoga terhibur. Salam, Dayu Juni Newman. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sat, 25 Jul 2020 - 16min - 7 - Tumpek Landep
Salah satu hari suci agama Hindu yang cukup istimewa adalah Tumpek Landep yang dilaksanakan setiap 210 hari sekali tepatnya pada setiap hari Saniscara Kliwon wuku Landep, yaitu hari ini. Secara umum untuk merayakannya, masyarakat Hindu menggelar kegiatan ritual yang khusus dipersembahkan untuk benda-benda dan teknologi, yang berkat jasanya telah mampu memberikan kemudahan bagi umat dalam mencapai tujuan hidup. Utamanya adalah benda-benda pusaka, semisal keris, tombak, sampai kendaraan bermotor, komputer, dan sebagainya. Disamping hal tersebut, sesungguhnya hari suci Tumpek Landep merupakan Rerahinan Gumi dimana umat Hindu bersyukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati yang telah memberikan kecerdasan, ketajaman pikiran serta kemampuan yang tinggi kepada umat manusia (Viveka dan Vinaya), sehingga mampu menciptakan berbagai benda yang dapat memudahkan hidup termasuk teknologi. Mesti disadari, dalam konteks ini kita bukanlah memuja benda-benda tersebut, tetapi memuja kebesaran Tuhan. Setiap hari suci agama Hindu, sesungguhnya tak hanya rerahinan rutin yang harus dirayakan. Namun, didalamnya ada nilai filosofis yang penting untuk dimaknai dalam kehidupan sehari-hari. Tumpek Landep, misalnya, memiliki nilai filosofi agar kita selalu menajamkan pikiran. Setiap enam bulan sekali umat Hindu diingatkan untuk melakukan evaluasi apakah pikiran sudah selalu dijernihkan (disucikan) atau diasah agar tajam? Sebab, dengan pikiran yang jernih dan tajam, kita menjadi lebih cerdas, lebih jernih ketika harus melakukan analisis, lebih tepat menentukan keputusan dan sebagainya. Lewat perayaan Tumpek Landep ini, kita diingatkan agar selalu menggunakan pikiran yang tajam sebagai tali kendali kehidupan. Misalnya, ketika umat memerlukan sarana untuk memudahkan hidup, seperti mobil, sepeda motor dan sebagainya, pikiran yang tajam itu mesti dijadikan kendali. Keinginan mesti mampu dikendalikan oleh pikiran. Dengan demikian keinginan memiliki benda-benda itu tidak berdasarkan atas nafsu serakah, gengsi, apalagi sampai menggunakan cara-cara yang tidak benar. Semua benda tersebut mestinya hanya difungsikan untuk menguatkan hidup, bukan sebaliknya, justru memberatkan hidup. Dulu, keris dan tombak serta senjata tajam lainnya lah yang digunakan sebagai sarana atau senjata untuk menegakkan kebenaran, kini sarana untuk memudahkan hidup dan menemukan kebenaran itu sudah beragam, seperti kendaraan, mesin dan sebagainya. Sehingga pada saat Tumpek Landep diupacarai dengan berbagai upakara seperti: sesayut jayeng perang dan sesayut pasupati, dengan maksud untuk memuja Tuhan, dan lebih mendekatkan konsep atau nilai filosofi yang terkandung dalam Tumpek Landep. Landep = Lancip/Tajam Kata Landep dalam Tumpek Landep memiliki makna lancip atau tajam. Sehingga secara harfiah diartikan senjata tajam seperti tombak dan keris. Benda-benda tersebut dulunya difungsikan sebagai senjata hidup untuk menegakkan kebenaran. Dalam Tumpek Landep benda-benda tersebut diupacarai. Kini, pengertian landep sudah mengalami pelebaran makna. Tak hanya keris dan tombak, juga benda-benda yang terbuat dari besi atau baja yang dapat mempermudah hidup manusia, di antaranya sepeda motor, mobil, mesin, komputer, radio dan sebagainya. Sementara secara konotatif, landep itu memiliki pengertian ketajaman pikiran. Pikiran manusia mesti selalu diasah agar mengalami ketajaman. Ilmu pengetahuanlah alat untuk menajamkan pikiran, sehingga umat mengalami kecerdasan dan mampu menciptakan teknologi. Dengan ilmu pengetahuan pulalah umat menjadi manusia yang lebih bijaksana dan mampu memanfaatkan teknologi itu secara benar atau tepat guna, demi kesejahteraan umat manusia. (Parisada Hindu Dharma Indonesia). --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Fri, 17 Jul 2020 - 06min - 6 - Info Budaya Bali - Tari Janger
Tari Janger termasuk salah satu kesenian terpopuler di Pulau Bali. Kesenian ini ditarikan berkelompok oleh sekitar 10-16 penari laki-laki dan perempuan secara berpasangan. Tarian ini dikenal sebagai tari pergaulan, biasanya untuk anak-anak remaja. Para penari perempuan dinamakan Janger sedangkan penari laki-laki dinamakan Kecak. Dalam pementasan seni tari tradisional ini selain gerakan tari, yang cukup menonjol adalah nyanyian Janger yang dibawakan. Para penari menyanyi secara bersahut-sahutan. Kostum yang digunakan sangat menarik sehingga indah untuk dipandang. Gerakan tariannya pun tidak sulit. Cukup sederhana namun tetap bersemangat. Hampir setiap orang bisa mempelajarinya dengan mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan tarian lainnya. Musik yang mengiringi tarian ini adalah Tetamburan atau Gamelan Batel dan dilengkapi dengan sepasang gender wayang. Tema yang dinyanyikan biasanya berkisar tentang pergaulan anak remaja; seperti menanyakan identitas, cara berkenalan, kisah asmara dan rayuan. Lagu tersebut biasanya bersifat gembira dan dibawakan oleh penari dengan penuh keriangan, sehingga membawa hawa positif dan menyenangkan. Nah, mengenai Sejarah dan perkembangan Tarian Janger, tari ini diperkirakan tercipta pada tahun 1920-an di Bali Utara. Nyanyian Janger mulanya hanya nyanyian para petani kopi yang bersahut-sahutan. Untuk sekedar menghibur diri dari lelah yang mereka rasakan. Kegiatan petani tersebut kemudian berkembang menjadi seni pertunjukkan tari rakyat. Ada juga yang mengatakan bahwa Tari ini merupakan perkembangan dari Tari Sanghyang, sebuah tarian ritual yang diperkirakan berawal pada abad ke-20. Dan jika dikategorikan dalam Tari Bali, Janger termasuk dalam Tari Balih-balihan, yaitu tarian yang memeriahkan upacara maupun untuk hiburan. Karena populernya, pada tahun 1960-an, Janger mulai dipentaskan dalam kegiatan berbagai partai politik. Presiden Soekarno kala itu, memberi banyak perhatian kepada tarian ini, salah satunya dengan membawa penari-penari Janger pentas di Istana Tampaksiring. Pada perkembangannya, tari Janger kini tersebar hampir diseluruh daerah Bali dan dapat dibawakan oleh orang dewasa. Terdapat kelompok-kelompok tari yang anggotanya wanita dewasa yang berperan sebagai janger maupun kecak. Janger juga dibawakan dalam bentuk drama tari yang disebut Janger Berkisah. Kisah-kisah yang dimainkan diantaranya Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda dan sebagainya. Selama puluhan tahun, Janger telah diajarkan kepada para pemuda pemudi di Bali. Lama kelamaan, tari ini menjadi ajang perkenalan pemuda antar desa satu dengan desa lain. Karena berkembang di masing-masing komunitas, tarian ini memiliki variasi tersendiri, yang disesuaikan dengan masyarakat pendukungnya. Seperti misalnya: Janger dari Tabanan. Pada Janger dari daerah ini, muncul karakter Dag, yaitu tokoh berpakaian tentara Belanda yang tugasnya memberi aba-aba kepada para penari. Kemudian ada Janger dari Desa Metra, Bangli, yang dipentaskan dengan ritual kesurupan pada akhir pertunjukkannya. Janger jenis ini dinamakan Janger Maborbor, karena para penarinya yang kesurupan, menari sambil menginjak bara api. Lalu Janger dari Desa Sibang, Badung, yang dinamakan juga Janger Gong karena diiringi dengan Gamelan Gong Kebyar. Dan ada Janger dari Desa Bulian, Buleleng, yang khusus dipentaskan oleh warga desa yang mengalami tunawicara. Di Bali terdapat organisasi pemuda atau seke yang khusus dalam mementaskan Janger, seperti misalnya Janger Kedaton Denpasar dan Janger Singapadu Gianyar. Lagu Janger dinyanyikan oleh Puspa Dewi dari albumnya Bird and Flower. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Thu, 16 Jul 2020 - 35min - 5 - Info Budaya Bali - Kesenian Genjek
Genjek merupakan kesenian yang mengandalkan keharmonisan dan kekompakan warna vokal tanpa iringan alat-alat musik. Kata genjek berasal dari kata genjak yang berarti bersenda gurau. Genjek mulai ada di Kabupaten Karangasem sebelum Gunung Agung meletus, yakni sekitar tahun 1961. Genjek berkembang pada masyarakat petani sebagai musik hiburan. Pada mulanya genjek dimainkan oleh kaum laki-laki setelah musim panen atau ketika ada waktu sela di antara musim tanam dan musim panen. Di waktu-waktu senggang itulah mereka berkumpul, bercerita, minum tuak, dan bersenda gurau. Sambil bersenda gurau dan minum tuak, secara spontanitas mereka bernyanyi dipadukan dengan cipak. Nah, Cipak merupakan seni vokal tidak bermakna tetapi tertata dengan ritme yang baik sehingga menghasilkan seni vokal yang harmonis tanpa iringan alat musik. Saat ini selain olah vokal, genjek mulai dilengkapi dengan alat musik seperti gerantang, kendang, ceng-ceng, gong pulu, kecapi, petuk, dan suling. Selain itu genjek yang berkembang saat ini di kalangan anak muda dimanfaatkan sebagai wadah untuk mengekspresikan imajinasinya dalam alur ritme yang teratur. (BPNB-Bali) --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Wed, 08 Jul 2020 - 11min - 4 - Cerita Rakyat Bali - Kebo Iwa dan Asal Usul Danau Batur
Tersebutlah Kebo Iwa yang dengan kekuatan besarnya, menggali sumur yang amat besar sesuai perintah Kepala Desa. Namun naas, karena Kepala Desa dan warga merencanakan siasat untuk melenyapkannya. Disaat Kebo Iwa berada di lubang galian terdalam, dia tertimbun batu kapur dan banyaknya air yang memancar dari dalam tanah. Akibatnya Kebo Iwa tidak bisa menyelematkan diri, sampai akhirnya menghembuskan napas terakhir. Air yang terus memancar keluar membanjiri desa tempat tinggalnya. Sebuah danau yang besar akhirnya tercipta. Danau itu disebut Danau Batur. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Tue, 07 Jul 2020 - 14min - 3 - Archipelago Folk Tales Mission Statement
Archipelago Folk Tales. Written and Narrated By Dayu Juni Newman. Mission Statement: The folk tales of the Indonesian Archipelago come from a rich and ancient oral tradition. Before universal education brought literacy to the Islands, storytellers and puppeteers, traveled around from village to village telling folk tales. These provided both entertainment, and food for thought to the people. The stories evolved with their telling. By collecting many different versions of these, now written stories, extracting their essence and re-telling them orally, I am returning to the roots of the storyteller's lore. As a teacher, my incentive for doing this is not just to bring to life these parts of my cultural heritage, but also to create a guide for foreigners, learning to speak Bahasa Indonesia. When we learn a foreign language, an important part of the process is listening to the spoken words, absorbing vocabulary and beginning to converse by replicating pronunciation. Unfortunately, native speakers, often speak quite rapidly, using slang, abbreviations, and even words from other languages. This can make it difficult for the language learner to follow. By presenting these folk tales, spoken in slow paced, clear and pure Bahasa Indonesia, I hope to provide a resource for my students to expand their abilities in both comprehension and expression. Please enjoy Cerita Rakyat Nusantara, by yours truly, Dayu Juni Newman. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Sat, 20 Jun 2020 - 02min - 2 - Cerita Rakyat Bali - Kala Rau
Peristiwa tertelannya tubuh Dewi Ratih oleh Kala Rau dipercaya oleh penduduk Balidwipa sebagai penyebab terjadinya Gerhana Bulan. --- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Wed, 17 Jun 2020 - 05min - 1 - Cerita Rakyat bagi Pemelajar Bahasa Indonesia
--- Support this podcast: https://podcasters.spotify.com/pod/show/juni-newman/support
Mon, 15 Jun 2020 - 00min
Podcasts similares a Cerita Rakyat Nusantara
- Global News Podcast BBC World Service
- El Partidazo de COPE COPE
- Herrera en COPE COPE
- Tiempo de Juego COPE
- The Dan Bongino Show Cumulus Podcast Network | Dan Bongino
- Es la Mañana de Federico esRadio
- La Noche de Dieter esRadio
- Hondelatte Raconte - Christophe Hondelatte Europe 1
- Affaires sensibles France Inter
- La rosa de los vientos OndaCero
- Más de uno OndaCero
- La Zanzara Radio 24
- Les Grosses Têtes RTL
- L'Heure Du Crime RTL
- El Larguero SER Podcast
- Nadie Sabe Nada SER Podcast
- SER Historia SER Podcast
- Todo Concostrina SER Podcast
- 安住紳一郎の日曜天国 TBS RADIO
- TED Talks Daily TED
- The Tucker Carlson Show Tucker Carlson Network
- 辛坊治郎 ズーム そこまで言うか! ニッポン放送
- 飯田浩司のOK! Cozy up! Podcast ニッポン放送
- 武田鉄矢・今朝の三枚おろし 文化放送PodcastQR