Gibeon Church Surabaya

Kehancuran Moral Saat Tuhan Dilupakan

Apa yang terjadi ketika manusia hidup seakan Tuhan tidak ada? Di Hakim-hakim 19, kita menemukan kisah tragis yang menunjukkan kehancuran moral saat umat Tuhan meninggalkan Tuhan—sebuah gambaran yang mengerikan tentang kegelapan hati manusia ketika menjalani kehidupan yang dipimpin oleh hawa nafsunya. Di tengah cerita yang penuh dengan dosa dan kehinaan ini, kita diingatkan betapa pentingnya kehadiran Allah dalam hidup kita.
Bagaimana kebenaran InjilNya? Apakah yang menjadi implikasi Injil bagi kehidupan kita sehari-hari?

Episode 3 : Bunuh Diri dan Keselamatan: Mengatasi Miskonsepsi Teologis “Apakah dosa bunuh diri nggak diampuni?”

Episode 2 : Mental Health: Identifikasi, Penanganan, dan Kolaborasi Antara Medis dan Rohani “aku harus ngapain?“

"Kesehatan mental adalah isu yang semakin mendesak. Namun, Anda tidak sendirian."
Ngomongin soal Mental Health akhir-akhir ini, kita sering dengar berita tentang orang yang stres, depresi, bahkan ada yang memilih untuk mengakhiri hidupnya. Kenapa sih ini bisa terjadi? Apakah karena terlalu banyak main media sosial? Atau mungkin karena pola asuh yang kurang tepat? Episode 1 : Faktor yang berdampak pada Krisis Kesehatan Mental | kenapa aku bisa "kena mental"?

Bekerja adalah aktivitas yang menjadi bagian besar dari kehidupan kita. Sebagian orang menikmati pekerjaan dan bahkan menjadi workaholic, semakin mengerjakannya dengan asal-asalan karena pelbagai alasan.
Bagaimana kebenaran firman Tuhan tentang aktivitas bekerja bagi orang percaya? Apa yang seharusnya dicari lewat pekerjaan dan dengan sikap seperti apa seharusnya dilaksanakan?

Dalam kisah Hakim-Hakim 17-18, kita akan melihat bagaimana umat Israel menciptakan “Tuhan” versi mereka sendiri, menggantikan Tuhan yang sejati dengan sesuatu yang mereka pikir bisa memberi kebahagiaan dan keamanan. Namun, alih-alih terang, mereka justru terjebak dalam kegelapan yang semakin dalam.
Khotbah minggu ini mengajak kita untuk menyelidiki hati: Apakah yang tanpa sadar telah menggantikan atau memanfaatkan Tuhan untuk mendapatkan hal-hal lain—seperti kesuksesan, kenyamanan, atau pengakuan? Gelapnya hati yang menyembah berhala dapat memisahkan kita dari sumber terang sejati.

Banyak orang berpikir bahwa memiliki suatu kelemahan adalah suatu hal yang memalukan bahkan ada yang berpendapat kelemahan seringkali membuat seseorang banyak mengalami pergumulan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Tetapi melalui kisah Simson di minggu ini kita diajak untuk merenungkan bagaimana Allah justru mengijinkan Simson mengalami kelemahan untuk menunjukan betapa besar kasih karunia Allah bagi umat pilihan-Nya yang sering mengalami jatuh bangun dalam dosa.

Sekalipun manusia sering gagal, namun rencana Tuhan tidak tergoyahkan. Tidak ada yang bisa menggagalkan rencana-Nya, termasuk kelemahan dan dosa manusia.
Kisah Simson adalah cerminan diri manusia yang bobrok, yang seringkali bertindak berdasarkan emosi dan nafsu, bahkan melupakan panggilan Tuhan.
Meski demikian, Tuhan setia memakai Simson sebagai alat-Nya untuk menunjukkan bahwa rencana dan kuasa-Nya tidak dapat dibatasi oleh kebobrokan manusia. Dia tetap dapat bekerja bahkan di tengah kegagalan kita untuk menggenapi rencana-Nya yang sempurna.

Di tengah kondisi Israel yang semakin buruk, mereka berpaling dari Tuhan hingga tidak lagi berseru meminta pertolongan, namun Ketika bangsa Israel tidak lagi memohon pertolongan, apakah kasih karunia Tuhan masih relevan?
Melalui kelahiran Simson—seorang hakim yang dijanjikan sebelum kelahirannya— Tuhan membuktikan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi berasal dari anugerah Tuhan yang melampaui dosa dan ketidaksetiaan.

Apakah iman kita terkontaminasi oleh budaya(Culture) di sekitar kita?
Dalam kitab Hakim-hakim 10-12, kita melihat kisah Jefta, seorang juru selamat yang tak terduga. Meski dia dipakai Tuhan untuk menyelamatkan Israel, Jefta juga menunjukkan bagaimana budaya dapat merusak cara kita menyembah dan mengikuti Tuhan.
Apa yang kita anggap sebagai “iman” mungkin bukan iman sejati—tetapi "iman yang sudah tercemari” campuran kepercayaan yang salah yang dipengaruhi oleh dunia di sekitar kita. Seperti Jefta, kita mungkin tergoda untuk memanipulasi Tuhan dengan janji dan pengorbanan yang tidak perlu, alih-alih mengandalkan kasih karunia-Nya yang sempurna.
Lantas bagaimana kita menjaga hati dan iman agar tetap murni di dalam dunia yang penuh dengan pengaruh yang buruk?

Degradasi iman semakin terlihat jelas. Ambisi buta untuk memenuhi rasa haus akan kekuasaan juga terpampang nyata dalam catatan kitab Hakim-hakim 9. Di tengah situasi yang kacau ini, Tuhan tampak diam seolah membiarkan konflik terus berkembang.
Apakah Tuhan benar-benar absen dalam kekacauan ini? Jika tidak, apa bukti nyata bahwa Ia tetap hadir dan bekerja di tengah kesulitan umat-Nya? Dan lebih penting lagi, bagaimana Injil memberikan kita harapan saat hidup terasa kacau?
Temukan jawabannya dalam “FJTJ - Wk09 - Tangan Tuhan Dalam Kekacauan”

Minggu ini kita akan membahas kembali bagaimana Tuhan memanggil Gideon dari kelemahan menuju kemenangan besar atas musuh-musuh Israel.
"Namun, apa yang terjadi ketika Gideon mulai bergantung pada kekuatannya sendiri, dan tidak lagi pada Tuhan?"
Bagaimana kesuksesan ternyata justru bisa membawa seseorang pada kehancuran yang tak terduga? Bagaimana kemenangan bisa berubah menjadi kesombongan, dan bagaimana kisah ini berbicara kepada kita mengenai kesuksesan?
Apa yang bisa kita pelajari dari Gideon tentang risiko kesuksesan yang mengubah hati? Dan bagaimana kita bisa mengaplikasikan kebenaran Injil dalam kehidupan kita sehari-hari, agar kita tidak jatuh ke dalam jebakan yang sama?

Jangan lewatkan pesan yang mengingatkan kita tentang kekuatan sejati yang hanya datang dari Tuhan dan bagaimana kita bisa tetap rendah hati dalam berkat dan kesuksesan!

Tuhan Yesus di Lukas pasal 8:1-15 menekankan bahwa tidak semua orang yang pada awalnya nampak seperti pengikut Dia, itu benar-benar memiliki iman. Dan tidak semua yang mengalami kesulitan di dalam perjalanan ke Kristenan mereka, itu disebabkan oleh kurangnya iman. Realita hidup dan hati kita jauh lebih kompleks dari pada itu.
Mari kita buka Firman Tuhan, satu-satunya hal yang dapat menguraikan kerumitan dan mengungkapkan kebenaran dalam hati kita.

Sifat manusia berkecenderungan bahwa jika ada sedikit saja kesempatan untuk membanggakan kekuatan atau kehebatan sendiri, kita akan melakukannya. Begitu kita merasa pantas mendapatkan pujian, kita merampas kemuliaan yang seharusnya diterima Tuhan.
Tuhan tahu kita cenderung mengandalkan diri sendiri. Itulah sebabnya Tuhan bisa menggunakan pergumulan & dosa dalam hidup kita untuk menjadi alat untuk mengingatkan betapa lemah dan rapuhnya kita. Bagaimana aplikasi dan implikasi Injil-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari?

SUATU KEYAKINAN DALAM KETAKUTAN
(The Story of Gideon Part 1)

Setiap kita pasti bergumul dengan ketidakpastian, maka tidak ada satupun dari kita yang terluput dari ketakutan dan kekuatiran. Minggu ini kita akan melihat Bagaimana Gideon dipanggil oleh kasih karunia dan diberi keyakinan untuk hidup dalam panggilan Tuhan meskipun dia juga bergumul dengan ketakutan dan ketidakpastian.
.
Bagaimana kita dapat memiliki suatu keyakinan yang kokoh bahkan di dalam ketakutan kita dan situasi yang tidak pasti?

Minggu ini kita akan membahas Hakim-Hakim pasal 5 yaitu Nyanyian Kemenangan Barak dan Deborah mengucap Syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan. Melalui Lagu ini kita melihat suatu pelajaran penting bahwa Tuhan tidak duduk dan menonton secara pasif saat sejarah terjadi. Pasal ini membantu kita untuk melihat di balik permukaan sejarah ada tangan Tuhan di balik semua hal yang terjadi.
Tuhan adalah penggerak aktif dari Sejarah kehidupan. Sehingga Kehidupan perlu dipandang tidak hanya secara kronologis dan historis tetapi juga secara teologis (Sudut Pandang Tuhan). Lantas apa implikasi kebenaran Injilnya bagi kita? Bagaimana kita menghidupi keseharian kita dari lensa ini?

Sekali lagi umat Israel memberontak dan berbalik menjauh dari Tuhan. Namun, sekali lagi juga Tuhan yang setia mengejar umat-Nya dan menolong mereka untuk kembali berbalik kepada-Nya.
Minggu ini melalui kisah seorang hakim wanita yang dipandang sebelah mata pada zaman itu, Tuhan kembali menunjukkan bahwa apa yang dipandang lemah bagi dunia, seringkali dipakai-Nya untuk mempermalukan apa yang dianggap kuat oleh dunia.
Lalu, bagaimana kebenaran akan kesetiaan Tuhan dapat menjadi dasar pengharapan kita di dalam menjalani kehidupan di dunia ini?

Minggu ini yang mengupas kisah para Hakim dalam Alkitab! Kita akan membahas tiga hakim pertama: Otniel, Ehud, dan Samgar.
Meski kisah mereka penuh dengan tantangan dan kejatuhan, kita akan melihat bagaimana Tuhan bekerja melalui mereka untuk menyelamatkan umat-Nya yang sering mengalami “AMNESIA ROHANI”. Bagaimana Tanggapan Tuhan atas ketidaksetiaan kita dengan keadilan dan Kasih Karunia-Nya? Bagaimana implikasi Injilnya?

Jika kita ingin melihat gambaran yang jelas tentang kebejatan manusia, Kitab Hakim-Hakim adalah kitab yang harus kita baca.
Dalam kitab ini, kita melihat pola siklus dosa yang berulang terus-menerus. Dan kita dapat melihat pola siklus yang sama berulang sepanjang sejarah umat manusia. Yang membuat Kitab Hakim-Hakim sangat relevan bagi kita. Karena melalui pergumulan mereka, kita melihat pergumulan kita sendiri.
Siklus dosa yang kita lihat dalam Kitab Hakim-Hakim adalah siklus yang sama dalam hidup kita. Dan Pengharapan dalam Kitab Hakim-Hakim adalah pengharapan yang sama yang kita butuhkan dalam pergumulan kita melawan dosa. Seperti apa Siklus dosa itu? Bagaimana kita dapat mengatasinya?

GRACE THAT BRINGS HOPE
(Mark 5:24b-34)

Menderita menjadi pengalaman tak terelakkan dalam dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Di tengah penderitaan banyak orang kehilangan pengharapan. Yang masih punya pun kadangkala harapannya perlu diluruskan. Yang penting bukan mujizat yang menakjubkan, melainkan perjumpaan personal dengan Tuhan. Kasih karunia membawa perjumpaan yang penuh pengharapan. Dalam anugerah-Nya Allah memberi lebih baik daripada yang kita minta. Trust him. Don't give up. Christ's grace is enough.

Kitab Hakim-Hakim dimulai dengan baik, namun berakhir dengan gelap dan mengerikan. Apa yang terjadi? Apa yang salah? Inilah alasan mengapa sangat penting bagi kita untuk belajar dari kitab Hakim-hakim.
Tema kitab Hakim-hakim adalah kisah bagaimana bangsa Israel Menghancurkan dirinya sendiri. Dan kita benar-benar perlu mendengar pesan dari kitab ini.
Karena kita hidup di zaman dimana pengaruh dunia begitu kuat. Kita hidup di masa di mana iman Kristen selalu ditentang dan godaan untuk berkompromi dengan dosa begitu kuat. Kita tergoda untuk mengikuti pola dunia ini setiap hari.
Lantas bagaimana pelajaran dari kitab Hakim-Hakim ini terkoneksi dengan Injil dan Apa implikasinya bagi kehidupan kita sehari-hari?

Apakah ada kehidupan setelah kematian? Jika tidak, apakah makna hidup saya sekarang ini? Kalau pada akhirnya kehidupan hanya berujung pada kematian, lalu apa gunanya hidup berbuat baik atau jahat?
Namun, bagaimana jikalau ternyata ada kehidupan setelah kematian? Bagaimana seharusnya saya hidup sekarang ini? Apakah perbuatan baik atau jahat memiliki dampak untuk hidup setelah kematian?
Pertanyaan seputar kehidupan setelah kematian tidak jarang menjadi kegelisahan banyak orang. Dipenghujung sermon series kredo rasuli, kita akan membahas persoalan ini dan melihat bagaimana kebenaran Injil memberi jawab akan persoalan ini.

Salah satu kesulitan orang percaya adalah ketika kita belajar untuk memahami bahwa Allah berdaulat dalam mengatur dan menetapkan segala sesuatu yang terjadi dalam dunia ini.
Maka muncullah istilah “takdir” atau “nasib” yang sepertinya menghilangkan tanggung jawab manusia dalam memilih dan mengambil keputusan.
Jadi bagaimana kita memahami kedaulatan Allah dalam sudut pandang Injil Kristus? Apakah dosa juga ditetapkan Allah? Lalu bagaimana kita melihat hidup yang sedang tidak baik dan sekaligus percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan yang Mahabaik?

Pengampunan dosa bukanlah topik yang asing bagi kita.
Namun ironisnya, topik ini sangat jarang diajarkan di dalam gereja. Padahal topik ini sangat penting untuk dipahami...karena tanpa pemahaman yang tepat akan pengampunan dosa, kita tidak dapat memahami Injil, tidak akan ada harapan bagi umat Allah, karena tidak akan ada umat Allah tanpa pengampunan dosa.

Kredo Rasuli minggu ini akan membahas akan betapa pentingnya pengampunan dosa, dan bagaimana pengampunan dosa itu terjadi dalam hidup orang percaya.

Apa yang anda pikir tentang gereja? Gedungnya? Fasilitasnya? Pengkhotbahnya? Komunitasnya? Terkadang orang berpikir hal-hal di atas adalah arti dari gereja.
Namun, Alkitab menyatakan bahwa gereja bukan hanya sekadar hal-hal tersebut. Jika demikian bagaimana seharusnya orang percaya mengartikan gereja? Apa yang yesus katakan mengenai gereja? Dan apa yang Yesus kehendaki bagi gereja-Nya?

Salah satu area pemahaman doktrin yang sangat perlu ditelaah bahkan dievaluasi adalah cara kita berpikir tentang Roh Kudus, bagaimana terhubung dengan-Nya serta cara pandang terhadap karunia-karunia Roh.
Seringkali keberadaan Roh Kudus hanya menjadi aksesoris dalam kehidupan bergereja maupun kehidupan personal orang percaya. Maksudnya ‘hanya menjadi aksesoris’ ialah kalau ada ya bagus, kalau tidak ada juga ya ga masalah.’ Atau kecenderungan kita yang menitikberatkan pada karunia Roh sebagai tanda hidup dipenuhi Roh Kudus.
Pembahasaan kredo rasuli minggu ini akan membahas tentang bagaimana seharusnya kita memahami pribadi dan karya Roh Kudus sesuai yang Alkitab nyatakan? Dan bagaimana Roh Kudus menolong dan menopang kehidupan orang percaya?

Kita sampai di frasa Kredo Rasuli : “AKAN DATANG DARI SANA UNTUK MENGHAKIMI ORANG YANG HIDUP DAN YANG MATI.” Mengapa Hari Penghakiman Penting? Banyak orang penasaran tentang apa arti sebenarnya dari hari Penghakiman. Minggu ini kita akan menyelidiki kata-kata terakhir Yesus di dalam Injil Yohanes untuk mengungkap beberapa wawasan mendalam yang bisa mengubah perspektif kita mengenai hari penghakiman. Temukan kebenaran mengapa kita membutuhkan hari penghakiman untuk mendapatkan keadilan namun pada saat yang bersamaan menerima pengharapan yang indah di dalam Yesus Kristus. Apa Aplikasi dan implikasi Injilnya bagi hidup kita sekarang? Bagaimana kebenaran ini dapat memberikan kita suatu kemantapan keyakinan dan kedamaian?

Di dalam Kredo Rasuli ada dua topik besar yaitu: Yesus bangkit dari kematian, dan Yesus naik ke surga. Ini adalah bagian penting dari apa menjadi keyakinan iman Kristen dan sangat penting bagi siapa saja yang baru mengenal Yesus, bahkan bagi mereka yang telah berjalan bersama-Nya selama bertahun-tahun.
Cerita dari Injil Yohanes ini mengajarkan kita doktrin-doktrin penting mengenai kebangkitan dari kematian dan Kenaikan Yesus ke Sorga.
Kita akan menggali lebih dalam serta menemukan implikasi dan aplikasi Injilnya di dalam Khotbah minggu ini. “Kredo Rasuli - week8-
“Pada hari yang ketiga, bangkit pula dari antara orang mati. Naik ke Sorga, duduk di sebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa.”

Pengakuan "Dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria" dalam Kredo Rasuli merupakan pernyataan fundamental yang menegaskan identitas Yesus sebagai Allah yang menjadi manusia. Ini menjelaskan inkarnasi-Nya yang supranatural dan kelahiran-Nya yang manusiawi. Di momen Pentakosta ini, kita juga diingatkan bahwa Roh Kudus yang sama, juga telah melahirbarukan dan tinggal dalam diri orang percaya.
Lalu apa implikasi hal tersebut bagi kehidupan kita sehari hari, dan bagaimana kebenaran ini menuntun kita di dalam menghidupi injil dan menjadi saksi Kristus?

Minggu ini kita sampai di bagian Kredo Rasuli yang berkata:
"MENDERITA, DISALIBKAN, MATI DAN DIKUBURKAN” namun tidak berhenti sampai di situ, diteruskan dengan “TURUN KE DALAM KERAJAAN MAUT” Apa maknanya? Mengapa harus ditambahi frase yang terakhir? Apa implikasi Injilnya bagi kehidupan kita orang percaya? Mengapa ini merupakan jawaban bagi setiap pergumulan kita?

Minggu Lalu kita belajar Yesus Anak Tunggal Bapa - Yesus yang menjadi Logos. Maka Minggu ini kita akan menyelidiki Frase di Kredo Rasuli - Yesus Kristus “Tuhan kita”
Apa arti Yesus Kristus adalah Tuhan? Apa makna Yesus Kristus menjadi “Tuhan Kita”? Bagaimana aplikasi Injilnya?

Karya kenaikan Yesus Ke Sorga sering kurang diperhatikan padahal seharusnya adalah puncak dari tugas & karya penebusan-Nya.
Apa saja yg perlu kita pahami dari Kenaikan Yesus ke sorga? Bagaimana implikasi Injilnya bagi hidup kita?

Dalam melihat Bagian dari Kredo Rasuli kita akan melihat secara spesifik bagaimana Logos menjadi Manusia yaitu Yesus dan bagaimana melalui cerita kelahiran, kehidupan, kematian serta kebangkitan-Nya memberikan pencerahan dan makna.
Bagaimana hal ini menjadi suatu yang penting yang akhirnya dapat memenuhi kerinduan hati kita? Apa Aplikasi serta Implikasinya bagi cerita kita?

Beberapa dari kita telah berada di sekitar Yesus dan Injil begitu lama sehingga kita tidak lagi terkagum olehnya. Dan ini adalah tempat yang sangat berbahaya. Anda masih dekat dengan gereja. Anda masih rajin pelayanan. Anda masih menyebut diri anda seorang Kristen. Tetapi anda tidak lagi kagum dengan Yesus. Anda cukup tahu tentang Yesus untuk menyebut diri anda seorang Kristen, tetapi sejujurnya, anda bosan dengan Yesus. Apa yang menyebabkan kebosanan terhadap Yesus? Bagaimana kita mengatasinya?

Pencipta langit dan bumi
Banyak pandangan bermunculan terkait bagaimana dunia ini terbentuk dan siapa yang menciptakannya.

Mulai dari mitologi-mitologi kuno, hingga munculnya berbagai agama dan kepercayaan di dunia ini, semuanya memiliki cerita dengan versi masing-masing terkait hal tersebut.
Bahkan sampai hari ini di era yang semakin modern dengan berbagai penemuan muktahir, ternyata perdebatan mengenai hal tersebut tidak pernah selesai.
Semua mengklaim bahwa bagaimana dan siapa yang menciptakan dunia ini menurut versi mereka adalah yang paling benar.

Lalu bagaimanakah melihat hal tersebut menurut iman Kristen?
Bagaimana penciptaan itu terjadi, dan seperti apakah pribadi Allah pencipta kita?
Bagaimana kita dapat mengenal Allah pencipta yang begitu agung dan mulia itu?
Dan apa signifikansi mengenal Sang Allah pencipta bagi kita orang percaya?

Atas dalil keberagaman atau dengan tujuan merangkul perbedaan, banyak orang Kristen akhirnya kompromi terhadap keyakinannya kepada Allah. Alhasil, Allah yang disembah dalam iman Kristen terlihat tidak berbeda sama sekali.
Atau jangan-jangan, selama ini kita mengenal Allah ‘buatan atau imaginasi’ diri kita sendiri. Sering kita mengaku menyembah Allah namun jika permohonan dan keinginan hati kita tidak terpenuhi dengan segera kita mencari ‘alternatif lain’ untuk meng’gol’kan keinginan kita.
Benarkah Allah yang disebut oleh semua agama sama? Lalu dimana keunikan dan keunggulan iman kekristenan? Seperti apa Allah yang dinyatakan dalam Alkitab? Dan apa relevansinya dalam hidup keseharian kita atas pemahaman kita tentang Allah? -

Minggu ini kita akan memulai Kotbah berseri yg baru yg berjudul APOSTLE CREED (Pengakuan Iman Rasuli) atau Kredo Rasuli.
Konon Menurut sejarah, para rasul (murid-murid Yesus) sendirilah yang menulis kredo ini, yg merupakan kelanjutan dari Hari pentakosta yaitu hari ke-10 setelah kenaikan Yesus Kristus ke sorga. Karena isinya mengandung 12 butir, bahkan ada keyakinan bahwa masing-masing murid Yesus menuliskan satu pernyataan di bawah bimbingan Roh Kudus.
Yang Menarik, Kredo ini dimulai dengan kata-kata “AKU PERCAYA…” bukan aku tahu… aku paham… bukan juga aku berjanji…. “namun Aku Percaya”
Karena Apa yang kita percayai membentuk pola pikir kita serta keputusan hidup kita. Namun mengapa kepercayaan terhadap Kredo ini penting?
Apa itu arti kredo para rasul yg sudah berumur hampir 2 millenia ini bagi kita gerejaNya di jaman modern ini? Apa aplikasinya bagi hidup kita, iman kita dan keluarga kita? Mengapa ini penting sekali bagi kita semua yg mengaku pengikut Kristus?
Temukan Jawabannya di Kotbah Berseri “KREDO RASULI” selama 13 Minggu - 

Apa yang dimaksud dengan doktrin kebangkitan Yesus Kristus? Ada dua sisi doktrin ini:

1) Kebangkitan Kristus adalah suatu fakta sejarah yang dapat dipercaya; dan

2) Kebangkitan Kristus juga merupakan suatu pengalaman yang seharusnya dialami oleh semua orang percaya.
.
Paskah kali ini kita akan menyoroti Fakta kebangkitan Yesus sebagai suatu fakta yang terjadi namun pada sisi yang lain juga merupakan sesuatu yang dapat kita alami secara pribadi. Kekristenan melibatkan pemahaman rasional untuk mengenal Yesus Kristus yang bangkit namun juga merasakan pengalaman yang mendalam dengan kuasa kebangkitan-Nya yang sangat indah menghadapi semua lika liku kehidupan yang kita lalui.

Di Hari Jumat agung ini, secara komprehensif kita akan mengupas mengenai makna kematian Yesus Kristus. Bukan hanya makna secara teologis maupun filosofis saja namun juga bagaimana dampak praktisnya secara spesifik bagi kita yang percaya kepadanya.
Secara Khusus kita akan menyoroti Natur kematian Yesus Kristus yang bersifat JUDISIAL, FINAL dan SUKARELA. Lantas apa hasilnya? Bagaimana implikasi serta dampaknya bagi hidup kita sekarang? Temukan Jawabannya di hari Jumat Agung ini. ” -

Kedatangan Yesus yang megah di hari Minggu Palma (PALM SUNDAY) hari Minggu sebelum Dia disalibkan ditulis di dalam Injil Matius, Markus & Lukas, namun setelah kejadian bersejarah tersebut, Yesus melakukan sesuatu yang berani dan sangat tidak terduga; Yaitu Dia menyucikan Bait Allah dengan cara yang keras (with violence).
Tindakan Yesus yang tidak seperti biasanya ini membuat kita bertanya-tanya tentang maknanya. Why? Mengapa? Yesus menjungkirbalikkan meja-meja penukar uang dan penjualan di Bait Allah adalah satu-satunya tindakan kekerasan Yesus yang tercatat di dalam Alkitab. Apa Makna InjilNya? Mengapa Bait Allah harus dibersihkan? Bagaimana peristiwa itu terkoneksi dengan kita serta Implikasinya bagi kita sekarang?

Siapa tidak ingin menjadi “besar”? Naik jabatan, dapat fasilitas tertentu dipekerjaan yang lebih ‘wah’, perusahaan semakin berkembang, pengen dihormati dan diakui. Tentunya semua orang menginginkan hal tersebut, sehingga banyak orang berambisi untuk menduduki posisi yang strategis demi mendapat kekuasaan dan kehormatan.
Lalu apa makna dan implikasi perkataan Yesus “Barangsiapa ingin menjadi besar, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya”
Apakah kita pernah terjebak dalam motivasi menjadi “besar” yang keliru? Bagaimana memahami perkataan Yesus tentang ‘barangsiapa ingin menjadi besar, hendaklah ia menjadi pelayan’?

Melalui Kotbah Berseri ROAD TO THE CROSS, di masa pra-paskah ini kita diajak terus melihat salib untuk memahami bahwa seluruh kehidupan kita sebagai seorang Kristen yang percaya kepada Kristus, sepenuhnya diubah dan dibentuk oleh Salib.
.
Kekristenan bukanlah suatu perubahan mekanis melainkan perubahan Organik melalui Salib Kristus. Minggu ini kita melihat Bagaimana kita meresponi dan menghadapi kejahatan serta menyikapi orang yang berbuat jahat kepada kita. Jika Yesus berkata “KASIHILAH MUSUHMU?” Apakah itu dapat kita lakukan? Jika Yesus menyuruh kita untuk mendoakan orang yang menganiaya kita, Bagaimana hal itu dapat kita lakukan? Bagaimana Injil mengubah pandangan kita terhadap Kejahatan dan bagaimana Salib menjawab masalah Kejahatan di dalam kehidupan kita?

Minggu lalu kita melihat bahwa Kematian Yesus menunjukkan dua kebenaran mendalam tentang kita: kesalahan kita begitu besar sehingga hanya kematian Yesus yang dapat memperbaikinya, namun kita juga sangat berharga sehingga Yesus bersedia membayar harga yang paling mahal. Ketika kita benar-benar memahami kebenaran ini, kebenaran ini mengubah cara kita memandang diri kita sendiri.
Minggu ini kita belajar bahwa Roh Kudus meneguhkan bahwa kita adalah anak-anak Tuhan dan mengubah kita menjadi lebih seperti Kristus. Roh itulah yang membuat kita menjadi berani menghidupi kebenaran dan tidak hidup dalam ketakutan namun memiliki identitas yang baru sebagai anak-Nya.
Apa implikasi dan aplikasi Injil saat kita sadar bahwa kita adalah anak? Warisan apa yang kita miliki sebagai Anak?

Ketika kita melihat Yesus Kristus di kayu salib, Salib lebih dari sekedar simbol yang agamis, namun saat kita memandang kepada Salib, kita bisa memandang dua sisi dari hidup kita.
Yang pertama: Ada sesuatu yang rusak, bobrok dan jahat di dalam diri kita sehingga tanpa kematian anak Allah tidak mungkin hal yang rusak itu dapat diperbaiki. Sesuatu yang hancur dan jauh lebih hancur daripada yang kita sadari dan akui. Namun di sisi yang lain, yang kedua: Ada sesuatu yang sangat berharga sehingga Anak Allah rela mati bagi kita di Salib. Minggu ini kita akan melihat bagaimana Salib adalah
jalan untuk menata ulang dan memahami citra diri kita yang sesungguhnya. Bagaimana kebenaran ini menjadi lensa untuk mengenal diri kita yang sesungguhnya?

Doktrin “Justification” dalam Roma 5 bukan hanya tentang pengampunan dosa dan dibenarkan saja. Namun Roma 5 juga berbicara bahwa melalui percaya kepada Kristus, kita dijadikan utuh, puas sempurna serta bertekun di dalam Sukacita Kristus.Justru inilah inti dari kabar baik Injil, di mana sebagai orang yang percaya Kristus, kita dimampukan secara unik untuk menemukan sukacita dan ketenangan bahkan di dalam penderitaan ataupun masa-masa sulit di dalam kehidupan.
Dan hal ini tidak sama dengan mengabaikan atau menyangkali masalah kita, namun Injil memberikan lensa (cara pandang) yang sama sekali berbeda dari perspektif dunia di dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Apa artinya bertekun dan bersukacita di dalam pergumulan bahkan penderitaan? Bagaimana kita dapat menghidupi ketekunan di dalam sukacita itu? Temukan jawabannya dalam khotbah berseri "The Road to the Cross" - Wk2 - Jalan Menuju Sukacita Ketekunan

LENT SERMON SERIES
“THE ROAD TO THE CROSS”
Apa itu Lent? Lent adalah masa 40 hari menjelang Paskah. Serupa dengan masa Adven menjelang Natal, Lent adalah periode yang dirayakan sebagai bagian dari tradisi dalam berbagai denominasi Kristen sepanjang sejarah.
Dalam Periode Lent ini, mengajarkan kita untuk berhenti sejenak dan merenungkan hidup kita. Perhentian ini sangatlah berguna untuk menghentikan roda rutinitas kita dan memfokuskan kembali hidup kita ke arah yang benar. Dengan begitu cepatnya dunia di sekitar kita berputar, sangatlah mudah bagi seorang Kristen kehilangan fokus dalam hidup, Sering kali kita tidak peka dan sadar akan keberdosaan hati kita yang terdalam atau, jika kita mengetahui dosa-dosa kita, kadang kita tidak mau jujur atau secara analogi memberanikan diri berperkara untuk membuka koper dosa, Kita lebih sering berusaha menyangkal jika kita masih bergumul dengan dosa-dosa kita di dalam hati. Lent memberikan suatu konteks dalam waktu untuk kita memeriksa hati kita kembali akan dosa-dosa yang tersembunyi di hati.
Kita mungkin sudah menjadi orang percaya bertahun-tahun dalam hidup kita. Namun, berapa kali kita benar-benar berhenti sejenak dari kesibukan kita dan mengambil waktu khusus untuk memaknai momen ini? Seberapa sering kita mempertimbangkan Kristus sebagai tujuan hidup kita dalam segala aspek dalam hidup kita?

Dalam Yohanes 17, Yesus berdoa untuk sesuatu yang istimewa bagi murid-murid-Nya dan semua orang percaya, yaitu PENGUDUSAN (SANCTIFICATION). Saat ini, kekudusan bukanlah topik yang populer, tidak semua orang suka berbicara tentang kekudusan, namun itu adalah salah satu inti dari doa Kristus di Yohanes 17. Doa ini menunjukkan kepada kita bahwa pengudusan atau menjadi kudus sebenarnya adalah sesuatu yang sangat berkuasa untuk mengubah kehidupan kita. Minggu ini kita akan mempelajari mengapa Kekudusan itu penting. Apa arti pengudusan yang sebenarnya? dan Bagaimana hal itu dapat tersulut dan menyala serta dihidupi dalam kehidupan orang percaya?

Memasuki Tahun baru, banyak orang membuat goal dan target supaya di tahun ini mereka menuai hasil. Banyak orang berfokus untuk mendapatkan hasil namun lupa bahwa hasil adalah akibat dari suatu proses. Seperti Tubuh yang sehat adalah hasil dari gaya hidup serta pola makan yang sehat maka, kehidupan spiritual dan iman yang kuat adalah hasil dari suatu proses serta membangun kehidupan kerohanian yang sehat. TEGUH ( Week 5 - Tetap Tinggal Teguh ) - Ps. Michael Chrisdion

Waktu kita membicarakan tentang ‘kebebasan’ (freedom), apalagi di zaman kita sekarang, semua orang akan punya definisinya sendiri-sendiri; Banyak orang berpikir Merdeka adalah bebas melakukan apa saja yang diinginkan, atau bebas menjadi tuan atas dirinya sendiri. Tetapi apakah definisi ini sesuai dengan definisi kebebasan menurut Firman Tuhan atau Injil?
.
Buktinya banyak orang mengekspresikan kebebasan menurut selera zaman, kita sebetulnya hidup di dalam perhambaan, tapi kita tidak sadar itu perhambaan, kita justru mengira itu adalah ekspresi kebebasan. Jadi apa maksudnya Kebebasan di dalam Kristus? Bagaimana Kebenarannya?

Sebagian besar dari tindakan yang kita lakukan digerakkan oleh sebuah motif.
Dimulai dari tindakan kita yang paling sederhana, seperti memakai baju apa, bangun tidur jam berapa, mau pergi lewat jalur mana, sampai kepada tindakan yang membutuhkan pemikiran yang matang seperti mengapa menikah, kuliah ambil jurusan apa, bekerja di mana dan sebagainya.
Motif-motif yang ada dibalik setiap tindakan kita itu mengarah kepada pemenuhan akan kebutuhan-kebutuhan dasar kita sebagai manusia yang kita pikir dapat memuaskan kita.
Namun di balik itu semua, apa sesungguhnya yang menjadi kebutuhan terdalam kita? apakah ketika kita mendapatkan semua yang kita harapkan itu, maka kita akan merasa puas? dan apa atau siapakah yang dapat memenuhi semua itu?

Biasanya di awal tahun banyak orang membuat resolusi. Dimulai dari harapan supaya karier makin cemerlang, pemulihan ekonomi keluarga atau terobosan keuangan, kesembuhan dari sakit, punya pasangan dan bisa membangun keluarga, bisa hidup sehat dan masih banyak lagi.
Sebagian orang merasa jika hal-hal diatas tercapai maka hidup mereka telah menjadi utuh. Namun, apakah benar jika seseorang telah mendapatkan semua hal diatas maka itu berarti bahwa mereka telah hidup dalam keutuhan?
Jika semua orang berpikir demikian, lalu apa yang menjadi pembeda bagi seorang Kristen dalam memahami arti hidup dalam keutuhan? Apa arti yang sesungguhnya dari hidup dalam keutuhan menurut Injil? Dan bagaimana kebenaran Injil menuntun setiap kita untuk dapat memiliki hidup yang utuh di dalam menatap tahun 2024 ini?

Teguh Dalam Ketidakpastian
Keadaan yang kita hadapi di depan mata sangatlah tidak stabil dan penuh ketidakpastian sehingga banyak orang mengalami stres, depresi atau overthinking ketika menghadapi masa depan, bahkan orang Kristen pun tak luput mengalami hal tersebut
Oleh sebab itu sebagai orang percaya yang telah mengenal Injil Kristus, kita perlu berakar dengan kokoh kepada Sang Firman, sehingga memiliki landasan kokoh dalam menghadapi masa depan yang tak menentu.
Namun yang perlu untuk direnungkan adalah sudahkah kita mengenal Sang Firman itu dengan sungguh? Apakah kita hanya sekedar tahu atau sudah mengalami perjumpaan dengan Pribadi Sang Firman?

Dunia ini sangat superfisial, kita diterima berdasarkan sesuatu. Bisa jadi pertemanan, pencapaian, prestasi, kekayaan, dll. Kita hanya bisa diterima di kalangan yang bisa menerima kriteria tertentu itu, jika kita memenuhinya. Sehingga orang yang memenuhinya bisa menjadi angkuh.
.
Namun pesan Natal sangat anti keangkuhan, karena kriteria penerimaaan Allah sangat berbeda dengan kriteria penerimaan manusia. Lantas apa kriteria penerimaan Allah itu?
.
Temukan Jawabannya “The Gift - Christmas Day Service - Yesus Penerimaan Kita”

Sistem hadiah di hari Natal oleh Santa Claus adalah “siapa yang berkelakuan baik akan mendapatkan hadiah/pahala” Maka begitu banyak anak-anak kecil berlomba-lomba menjadi baik untuk mendapatkan hadiah yang terbaik di hari Natal! Konsep ini tanpa kita sadari masih terbawa di dalam alam bawah sadar kita sehingga kita berpikir, “If we do good we get good.” Jika kita baik maka kita akan menerima hadiah dengan menerima kehidupan kita yang akan baik-baik saja.
.
Padahal arti Natal yang sebenarnya adalah Allah berinkarnasi menjadi manusia karena hidup kita tidak baik-baik saja dan Alkitab mengatakan Yesus datang karena kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Ada masalah besar.
Tuhan dan orang berdosa perlu didamaikan. Perikop singkat di Kolose ini menunjukkan kepada kita perlunya rekonsiliasi dengan Allah, cara rekonsiliasi yang benar, dan hasil rekonsiliasi yang radikal dan menyeluruh yang digenapi oleh Kristus.

Doktrin inkarnasi yang adalah Tuhan yang menjadi manusia terealisasi di momen Natal. Namun apa arti dan implikasi doktrin inkarnasi ini bagi kita? Sehingga membuat hidup kita berbeda?
.
Jika bayi yang ditaruh di palungan yang lahir 2000 tahun lalu di kota Betlehem bukan hanya seorang guru, bukan hanya nabi, bukan makhluk gaib, namun benar-benar adalah Inkarnasi Tuhan sendiri, Maka ada suatu perbedaan dan perubahan yang terjadi bagi orang-orang yang mengerti tentang hal ini. Perbedaan apa? Perubahan apa?

Kita sedang melihat Kolose 1 pada Masa Adven, yang mungkin merupakan gambaran paling luhur dan paling mendalam tentang siapa Yesus. Dan minggu ini kita akan membahas Kolose 1:9-17 di mana Paulus menjelaskan bahwa Yesus adalah seorang raja.
.
Ayat-ayat tersebut dibagi 2 paragraf. Yang bagian pertama adalah kedudukan Kristus sebagai Raja secara keseluruhan. Yang lainnya adalah kedudukan pribadi Kristus sebagai raja bagi hidup kita. Dia adalah Raja Kosmis (Alam Semesta), tetapi dia harus menjadi Raja kehidupan pribadi Anda. Apa Makna InjilNya? Apa Arti dan Implikasinya bagi hidup kita?

Marilah kita berhenti sejenak dan mengalihkan perhatian kita dari hiruk pikuk dunia ini, dan merenungkan Hadiah Natal yang terbesar dan paling berharga dari Tuhan sendiri.
Dalam 4 minggu Advent menjelang Natal,
Melalui ekposisi Kitab Kolose, pasal yang pertama, kita akan melihat gambaran yang lebih tinggi, lebih besar dan mendalam tentang Pribadi Kristus yang Allah berikan bagi kita sebagai THE GIFT.

Selama 11 Minggu kita telah berada dalam perjalanan membahas kitab pengkhotbah bersama-sama, dan kita telah banyak tertegur dan dicerahkan di dalam perjalanan tersebut oleh perenungan Injil. Minggu ini kita ada di penhujung kitab Pengkotbah dan melihat kesimpulan akhir buku ini, puncak perjalanan, hikmah yang patut kita petik.
Inilah ironi dari kitab Pengkhotbah, dalam pencarian tujuan serta makna bagi kehidupan di bawah matahari, rupanya setelah mengeksplorasi segala perkara dan bidang, akhir kata dari segalanya adalah kesia-siaan, namun demikian dambaan hati kita masih tetap saja belum terpenuhi.
.
Namun, ada satu hal yang masih tersisa. Dan itulah maksud dari pengkhotbah. Dengan menghabiskan semua pilihan kita di bawah matahari, kini yang tersisa hanyalah mencari jawaban di luar matahari. Apakah hal yang masih tersisa itu? hal apa yang mengerucut menjadi jawaban dari segalanya?

Kisah Rasul 16: 19-26
Banyak orang bicara tentang iman tapi tidak pernah tahu apa arti iman itu. Kita mudah bicara: “Sudah, diimani saja!” Tanpa tahu apa yang maksud dari perkataan itu.
Bukan apa yang kita percaya tapi Siapa yang kita percaya yang menentukan iman kita. Dalam menghadapi kesulitan, kita perlu belajar memahami apa dan bagaimana seharusnya iman kita meresponi hal tersebut.
Tema kali ini akan menolong kita untuk kembali mengingat akan Kristus yang dengan kasihNya telah menebus dosa dan memberi arti pada iman yang sejati.

Banyak kaum muda berpikir bahwa hidup dimasa muda perlu dinikmati dan segala hal perlu dicoba agar tidak menyesal dikemudian hari. Tapi, seringkali yang terjadi ialah ke’bablas’an.
Bagi mereka yang sudah melewati masa muda alias menua, mencoba bernostalgia dan membayangkan hal-hal yang mereka tidak pernah coba dimasa muda. Alhasil, timbul penyesalan.
Realitas diatas menunjukkan bahwa baik yang muda dan maupun yang tua mengejar dan mendambakan kebahagiaan. Jika demikian, apakah ada kebahagiaan yang sejati? Bagaimana kita dapat menemukan kebahagiaan sejati? Mengapa penting untuk melihat persoalan kebahagiaan dari lensa Injil?

“Hopeful” vs “Optimis”? Apa beda berserah dengan pasif? Bagaimana Kedaulatan Allah yang sempurna bekerja sama dengan pilihan kita atau kerja keras kita? Bagaimana kita bersikap dalam pekerjaan dalam dunia yang tidak pasti ini? Apakah hanya mengandalkan Tuhan Berdaulat saja? Apakah kita perlu mengambil resiko? atau “play it safe”?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering membuat banyak orang beriman menjadi bingung menyikapi pekerjaan dan usaha yang mereka lakukan dan menghidupi iman mereka terhadap Injil. Lantas bagaimana Aplikasi InjilNya? Bagiamana Injil dapat menjadi jalan keluar dari tension-tension yang terjadi di atas?

Tidak peduli berapa banyak uang yang kita miliki, kenyamanan seperti apa yang kita hidupi, sesukses apapun, seberapa religius, atau seberapa sehat hidup kita semua. Kematian adalah penyeimbang yang hebat.
Ajal akan datang menghampiri kita semua, dan Ajal pasti akhirnya akan dihadapi oleh semua manusia. Kematian seakan merampas nilai hidup kita.
Jadi bagaimana menjalani kehidupan dan menghadapi kematian? Pengkhotbah 9:1-10 memberikan analisis dan pandangan yang menarik mengenai kehidupan dan kematian.
Lantas bagaimana kebenarannya? Apa implikasi dan aplikasi InjilNya?

Banyak orang bergumul dengan fakta bahwa versi iman kekristenan yang mereka pegang nyatanya tidak bermanfaat dan manjur.
.
Contohnya anda yang sudah percaya Tuhan malah mendapat kanker, anda melihat para penipu justru makin kaya sedangkan orang yang jujur dan bekerja keras malah hidupnya makin susah. Mungkin anak anda memiliki masalah, sedangkan anak-anak orang yang tidak beriman “fine-fine” aja, sehingga hal-hal ini membuat sesorang menjadi skeptis dan tertatih-tatih serta ragu dalam iman mereka.
.
Ternyata Raja Salomo mempunyai masalah yang sama dalam kitab pengkotbah, Dia juga skeptis dan di ambang ketidakpercayaan karena kekacauan yang dia lihat di dunia. Dia mengamati bahwa hidup berdasarkan Hikmat Tuhan tidak selalu berhasil. Orang beriman sering menderita dan orang jahat seringkali malah makmur. Situasi ini sia-sia! Salomo mengambil peran sebagai orang skeptis untuk mengamati dunia dan mengajukan pertanyaan, apakah ada makna di dunia yang terkutuk ini? Lantas apa kesimpulannya? Bagaimana implikasi Injil-Nya?

Saat ibadah, memberikan persembahan, dan berdoa, apa yang menjadi motivasi hati kita yang terdalam saat kita melakukan semuanya itu? Banyak orang menjawab, Supaya saya diberkati, supaya saya damai, supaya saya disayang Tuhan, supaya saya dituntun. Supaya saya….(fill in the blank) jika itu semua untuk keuntungan saya belaka, maka kita melakukan semua kegiatan kerohanian itu untuk diri kita sendiri dan bukan untuk Tuhan.
.
Raja Salomo mengamati keagamaan di Pengkotbah dan dia mengamati bahwa tanpa satu hal, semua kegiatan itu sia-sia. Apakah satu hal itu? Bagaimana implikasi dan aplikasi Injilnya?

Minggu ini kita akan melanjutkan Seri “Meaningless Without Jesus”. Bacaan kita akan mengarahkan kita kepada observasi Raja Salomo bahwa mengejar Harga dan kekayaan adalah suatu kekosongan dan kesia-siaan belaka, bahkan membawa begitu banyak duka. Duka apa saja? Lantas apa penangkal dari mencari kepuasan dari uang? Bagaimana kebenaran Injilnya?

Salah satu doa keren Musa adalah meminta umat Allah tampil beda dari segala bangsa yang ada di muka bumi. Beda bukan karena lebih rohani, lebih saleh, atau lebih bermoral, tapi karena Allah berjalan bersama mereka. Bahkan di dalam Kristus, Allah berdiam di dalam umatNya melalui RohNya. Apa tandanya?
Tandanya Anda dan saya memiliki superpower, yaitu Joy Power. Sukacita yang tidak bergantung situasi. Sukacita yang tidak bisa diproduksi manusia. Sukacita yang mengalahkan dukacita dalam hidup ini. Sukacita yang lahir karena Injil Kristus. Maukah Anda memilikinya?

Saat Kita menonton Berita dunia, kita dapat melihat bahwa ada banyak ketidakadilan terjadi. Kita hidup di dalam dunia yang penuh dengan ketidakadilan, yang lemah tertindas, dilecehkan, dimanfaatkan serta tereksplotasi.
Ternyata pengamatan ini sudah dilakukan oleh Raja Salomo ribuan tahun lalu, Lantas apa solusi Injil di dalam memahami ketidakadilan ini? Bagaimana kita sebagai orang Kristen dapat menerima kenyataan bahwa Tuhan yang kita layani adalah Tuhan yang adil dan penuh kasih serta peduli namun kita hidup di dalam dunia yang tampaknya tidak peduli dan tidak penuh kasih?

Study On The Book Of Eccletiastes ( Week 03 ) “The Gospel of Time” - Ps. Michael Chrisdion

Bagi sebagian orang (Biasanya yang lebih berumur) Waktu berlalu begitu cepat. Baru saja kita mulai menikmati dan memahami suatu musim hidup, namun waktu memaksa Anda untuk masuk ke musim hidup berikutnya, Waktu seakan tidak pernah melambat bagi Anda untuk dinikmati. Setiap tahun berlalu lebih cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, Bagi sebagian orang (Biasanya kaum muda) ada yang frustrasi dengan lambatnya waktu. Mungkin ada yang tidak sabar untuk mendapatkan lebih banyak kebebasan, menyelesaikan sekolah, bekerja dan hidup mandiri.
.
Waktu baik cepat atau lambat tidak bisa kita kontrol, Waktu membuat kita semua frustrasi karena kita tidak bisa mengendalikan waktu. Waktu menyadarkan kita betapa sia-sianya hidup ini tanpa Tuhan. Mengapa demikian? Apa yang harus kita lakukan dengan Waktu? Bagaimana Injil dapat menebus waktu?

(Injil dalam Pameran Kefanaan)
"Vanity fair" adalah majalah yang mengekspos budaya, mode serta fashion terbaru yang sedang populer dengan tujuan membangun "Trendsetter" masa kini untuk diikuti di Amerika Serikat. Ribuan tahun yang silam, Kitab Pengkhotbah, Raja Salomo dengan kehidupannya yang hingar bingar, dengan segala harta kepunyaannya juga sedang membangun “trendsetter” untuk diikuti.
Namun sekalipun demikian, dalam kitab Pengkhotbah, Raja Salomo mengatakan bahwa segala upaya yang dia lakukan bukannya membuat dia ‘happy’ tetapi justru berputus asa karena disana dia tidak menemukan kepuasan.
Mungkin anda sedang mengalami putus asa atas rutinitas yang anda lakukan serta tidak menemukan “happy” melalui kehidupan yang anda jalani. Lalu, dimana kita dapat menemukan kebahagiaan dalam rutinitas atau kepemilikan atas yang kita miliki? Apa yang menjadi penentu dari identitas anda dalam hidup ini? Bagaimana Injil memberi jawab atas pergumulan eksistensial tentang identitas orang percaya?

Kitab pengkotbah dimulai dengan pertanyaan yang diajukan untuk membuktikan poin utamanya bahwa segala sesuatu tidak bermakna. “Apakah keuntungan yang diperoleh manusia dari segala usahanya “jerih payah” yang ia kerjakan di bawah matahari?”
.
di bawah matahari adalah ungkapan penting yang ditemukan sekitar 30 kali dalam kitab ini. Artinya Salomo melihat pertanyaan tentang makna dari sudut pandang duniawi. Jika segala sesuatu hanya kehidupan duniawi ini saja— dan jika tidak ada Tuhan, tidak ada kehidupan setelah kematian, dan tidak ada penghakiman akhir—maka segala sesuatunya tidak ada maknanya.”
Jika Raja Salomo menunjukkan masalahnya, Lantas bagaimana kita menemukan solusinya? makna seperti apa yang kita bisa temukan dalam setiap aspek kehidupan serta aktifitas hidup kita?

Menjadi milik Kristus seringkali dikaitkan dengan mengalami sebuah terobosan secara finansial, mengalami promosi jabatan, dijauhkan dari sakit penyakit serta mengalami kesembuhan dan bebas dari penderitaan dunia, Lalu apakah benar hal ini merupakan inti ajaran iman Kristen sejati?
Melalui akhir suratnya kepada orang Galatia, Rasul Paulus menutup suratnya dengan mengingatkan siapa mereka di dalam Kristus dan apa tanda atau identitas sejati mereka dalam Kristus.
Lalu bagaimana kita sebagai orang percaya masa kini dapat merefleksikan dan menghidupi identitas baru sebagai milik Kristus? Apakah selama ini hanya fokus pada tanda lahiriah yang tampak dipermukaan? Apa tanda Kristus bagi kita orang percaya di Perjanjian Baru?

Orang Kristen pada umumnya semestinya tahu bahwa pusat dari Iman Kristen adalah Karya Salib Kristus . Tetapi pertanyaannya, Apakah mereka benar-benar memahami arti Salib yang sesungguhnya di dalam kehidupan mereka?
.
Rasul Paulus di akhir suratnya kepada Jemaat di Galatia, memberikan pesan bahwa tidak ada yang lebih penting dalam hidup ini selain memahami apa arti karya Salib bagi setiap orang percaya, dan Jika memahami salib adalah hal yang sangat penting, Bagaimana kita tahu bahwa kita memahaminya? Kemudian bagaimana mengubah pemahaman itu menjadi kekuatan nyata yang mengubah kehidupan kita?

Saat mendengar kata Menabur dan Menuai di dalam gereja, yang sering ada di pikiran kebanyakan orang Kristen pasti berhubungan dengan memberi persembahan atau perpuluhan kepada Tuhan (Gereja), Teorinya biasanya kedengaran seperti ini, Kalau kita menabur banyak maka kita akan menuai banyak! Artinya Jika kita memberi banyak berkat maka kita akan menuai banyak berkat. Tetapi apakah itu yang diajarkan oleh Rasul Paulus di Galatia 6?
.
Sekilas, tanpa melihat konteksnya, ayat itu bisa di ambil dan di tafsirkan keluar dari konteks sebenarnya dan dijadikan ayat pamungkas oleh para penganut Teologi Kemakmuran (Prosperity Gospel). Lantas apa yang Rasul Paulus ingin sampaikan melalui ayat Galatia 6:7 yang berbunyi: "apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya" ?
.

Pernahkah kita mendengar perkataan semacam ini: ‘kamu perlu memperhatikan orang lain yang sukses supaya itu memotivasi kamu untuk bekerja lebih keras. Kalau mereka bisa sukses, mengapa kamu tidak?’ Mungkin ini terdengar nasihat yang bijak, tapi ternyata belum tentu.
Nasihat seperti ini bisa membuat kita mudah iri hati, minder bahkan frustrasi jika kita tidak mengalami apa yang dikatakan. Namun sebaliknya, jika itu memang terjadi maka mudah juga bagi kita untuk merasa tinggi hati bahkan lupa diri dan merendahkan orang lain.
Lalu, bagaimana Injil memberi jawaban dan jalan keluar atas kedua ‘tension’ ini? Bagaimana Injil menolong kita untuk memiliki konsep identitas diri yang sehat dan dimampukan untuk keluar dari jerat perasaan iri hati dan tinggi hati?

Atas nama kebebasan, sebagian orang berpikir ‘asal orang lain ga terganggu, ya sah-sah saya melakukan hal itu. Orang lain happy, saya juga bisa happy.’ Konsep semacam ini terkesan ‘fine’ namun sesungguhnya mengekspos esensi dosa yang berpusat pada diri sendiri.
Disinilah kita perlu memahami kebenaran Injil yang memberikan kita cara pandang yang baru dalam memaknai kebebasan. Kebebasan kita di dalam Kristus justru bukan untuk memuaskan keinginan diri sendiri tetapi melayani orang lain di dalam kasih. Hal ini mungkin sudah kita ketahui namun bagaimana kita dapat menghidupi kebenaran ini secara konsisten dalam konteks keluarga, pekerjaan, gereja bahkan dalam relasi kita sehari-hari?

Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa kita perlu berdoa. Tetapi mengapa sangat sulit bagi kita untuk berdoa? Mayoritas orang Kristen saat ini sangat lemah dalam hal doa. Dapat dikatakan bahwa kita hidup dalam dunia yang tidak berdoa dan gereja yang tidak berdoa. Mungkin alasan Tuhan tidak melakukan apa pun dalam hidup kita adalah karena kita tidak berdoa.
Kita tidak berdoa untuk mengubah pikiran Tuhan. Kita berdoa karena Tuhan telah menetapkan doa sebagai sarana untuk mencapai tujuan-Nya. Dan doa adalah cara kita berhubungan dengan Bapa surgawi kita. Dan Bapa kita yang di surga ingin untuk kita datang dan meminta kepada Dia karena Dia terlebih ingin untuk memberi kepada kita.
 
Jadi, bagaimana caranya untuk kita meminta dalam berdoa? Apakah kita bisa yakin bahwa Tuhan mendengarkan kita dan akan menjawab doa kita? Bagaimana Injil mendorong kita untuk berdoa dan meminta? Mari kita temukan jawabannya bersama dari perumpamaan yang Yesus berikan tentang doa.

Kehidupan Iman Kristen sangat erat dengan Perubahan hidup. Namun banyak salah pengertian di dalam memahami apa arti perubahan di dalam Injil. Tentu saja perubahan hidup di dalam Injil Kristus yang otentik tidak mungkin bisa terjadi dengan kemauan keras, peraturan maupun kekuatan kita sendiri. Lantas bagaimana jawabannya? ...Alkitab terutama kitab Galatia pasal 5, memberikan banyak petunjuk dan pelajaran mengenai perubahan hidup oleh pimpinan Roh Kudus yang sering kita "miss" atau salah pahami.
Apa tolak ukur perubahan hidup di dalam Kristus? Bagaimana sifatnya? Seperti apa polanya? Dan bagaimana prosesnya?

Sebagai orang Kristen kita sering sekali diundang atau bahkan menghadiri kebaktian Kebangunan Rohani. There is nothing wrong dengan kebaktian Kebangunan Rohani, namun banyak dari kita lupa bahwa di dalam Kristus kita memiliki Kuasa Kebangkitan Kristus yang tinggal di dalam kita. Roh yang sama yang membangkitkan Kristus itu saat ini hadir di dalam hidup kita yang percaya. Lantas kenapa kita masih butuh KKR? Untuk dibangkitkan lagi?
.
Minggu ini kita akan melihat tanda Kematian Rohani dan tanda-tanda Kebangkitan Rohani serta, Bagaimana Kuasa Kebangkitan itu bekerja di dalam hidup kita?

Kekristenan identik dengan Keselamatan dan Kemerdekaan. Di dalam Kristus kita diselamatkan dari hukuman dan maut. Tapi bagaimana dengan KEMERDEKAAN? Kita di-MERDEKAKAN dari apa? Banyak orang malah berpikir bahwa di dalam agama Kristen kita justru tidak MERDEKA! Kita tidak boleh ini dan itu serta harus melakukan ini dan itu. Apakah itu yang dikatakan KEMERDEKAAN? Jangan-jangan kita tidak paham definisi KEMERDEKAAN di dalam INJIL, karena selama ini kita memahami KEMERDEKAAN dari lensa DUNIA. Ternyata pemahaman MERDEKA dari lensa DUNIA ini sangat tidak masuk akal dan berkontradiksi dengan kenyataan. Bagaimana yang benar?
.
Minggu ini kita akan membahas surat Galatia, di mana Rasul Paulus akan mengkontraskan bahwa di dalam Kristus kita MERDEKA, tetapi bukan dengan KEMERDEKAAN dari lensa DUNIA melainkan dari LENSA INJIL. 

Kita mungkin sering mendengar perkataan ‘ikut Yesus pasti senang dan tenang’ atau ‘hidup orang yang beriman pada Yesus pasti diberkati dan mengalami terobosan.’
Apakah pengajaran seperti ini alkitabiah? Bukankah justru Alkitab menyaksikan bahwa orang-orang yang beriman kepada Yesus hidupnya tidak selalu nikmat bahkan tidak jarang harus mengalami aniaya yang berujung pada kematian?
Jadi, apa makna yang sejati dari hidup di dalam iman kepada Yesus? Lalu, apa bukti yang dapat dirasakan dan terlihat oleh orang lain dari kehidupan seseorang yang hidup di dalam iman kepada Yesus?

Alkitab berkali-kali memberi peringatan tegas tentang kelicikan hati. Hal ini sangat bisa dimengerti, karena inti dari semua persoalan adalah persoalan hati (the heart of all problems is the problem of the heart). Bahkan antusiasme terhadap “hal-hal rohani” dapat muncul dari pemikiran dan sikap hati yang tidak rohani. Yang lebih parah, kita bahkan memperalat “hal-hal rohani” untuk memuaskan hawa nafsu duniawi.
Dalam khotbah Hari Minggu nanti kita akan belajar bagaimana ketertarikan Simon terhadap karya Roh Kudus ternyata muncul dari motivasi yang tidak lurus di hadapan Allah. Manusia lamanya masih dominan. Apa yang dia cintai belum diubahkan. Simon sangat membutuhkan kalibrasi hati seturut dengan Injil Kristus.

Freedom in Christ
Di sepanjang seri Galatia kita melihat bahwa transformasi Injil berbeda dengan reformasi moral, Injil mengubah orang percaya dari dalam ke luar, inilah yang membedakan antara reformasi moral yang dunia ajarkan pada umumnya dengan berita Injil.
Lalu bagaimana kita sebagai orang percaya menghadapi pengajaran yang hanya berfokus pada moralitas atau menghadapi pemikiran bahwa kita boleh menikmati kebebasan tanpa batas yang justru membelenggu kehidupan orang percaya?
Dan bagaimana supaya kita dapat menghidupi kemerdekaan yang diberikan melalui karya salib Kristus serta dapat terus berdiri teguh di dalam Injil-Nya?

Mungkin kita sudah sering mendengar kata 'Grace' atau kasih karunia. Namun, bisa saja kita tidak lagi merasakan kekuatan kasih karunia itu berdampak dalam diri kita. Jika itu yang terjadi, maka kita perlu memikirkan kembali bagaimana pemahaman kita akan kasih karunia dapat bergelora dalam hati kita lagi dan menggerakkan sehingga kasih karunia itu juga dapat berdampak dan terlihat melalui hidup kita.
Disisi lain, kita menyadari bahwa hidup yang kita jalani di dalam Iman kepada Kristus tidak lepas dari tantangan dan penderitaan. Bagaimana kita dapat melihat kekuatan kasih karunia terus menopang hidup kita di dalam tantangan dan penderitaan?

Hari Pentakosta identik dengan bagaimana Roh Kudus dicurahkan kedalam hati setiap orang percaya untuk membimbing kepada pengenalan akan Kristus.
Namun faktanya dalam menjalani kehidupan sebagai orang percaya tak jarang mereka yang telah mengaku sebagai anak Tuhan yang memiliki Roh Kudus, banyak mengalami kejenuhan atau kelelahan, baik secara mental maupun secara spiritual.
Tetapi sebenarnya jika ditelusuri secara mendalam sekalipun orang percaya telah mengerti Injil Kristus dan menerima kelahiran baru oleh Roh Kudus, namun mereka kembali menghadapi pergumulan dan penderitaan dengan cara atau kepada pola-pola manusia.
Oleh sebab itu Rasul Paulus melalui surat Galatia, kembali mengingatkan orang percaya bagaimana seharusnya pola Injil dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari? Dan bagaimana implikasinya bagi kita sebagai anak-anak perjanjian yang telah menerima Roh Kudus?

Minggu ini kita akan melihat filosofi pelayanan yang menampilkan Injil. Banyak sekali macam pelayanan, dan banyak sekali model Hamba Tuhan. Kita semua dipanggil untuk terlibat di dalam pelayanan, menghidupi panggilan sebagai Hamba Tuhan. Tetapi Hamba Tuhan yang seperti apa dan bagaimana yang berpusat kepada Injil?

Banyak orang Kristen Kurang Paham arti dan Makna di balik Peristiwa Kenaikan Kristus ke Sorga! Di dalam Kotbah Ini akan dijelaskan 3 hal yg sangat signifikan untuk memberikan pandangan di dalam menghadapi semua tantangan hidup dan susahnya perubahan jaman.

Minggu ini kita melanjutkan eksposisi kitab Galatia, Di mana banyak dari jemaat Galatia adalah orang Kristen percaya yang baru yang memiliki latar belakang pagan Yunani, namun sekarang mereka jatuh di bawah pengaruh guru-guru palsu "Judaizers" yang mengatakan bahwa tidak cukup hanya percaya kepada Kristus dan Injil, tetapi harus menaati adat istiadat Yahudi dan Hukum Taurat. Rasul Paulus berkata bahwa mereka jatuh kembali ke dalam perbudakan pada hal-hal yang bukan Tuhan.
.
Kalau kita perhatikan, tanpa kita sadari, kita pun sebagai orang Kristen, jatuh ke dalam perbudakan pada hal-hal yang bukan Tuhan, Apa saja hal-hal yang bukan Tuhan yang sering memperbudak kita? Bagaimana kita dibebaskan dari perbudakan itu?

Dalam iman Kristen, menerima Kasih Karunia dan Pengampunan dosa adalah hal yang dimengerti banyak orang percaya. Tetapi ternyata selain itu ada hal-hal lain yang Allah berikan sebagai Status kita yang sering kali terlewatkan dan jarang dipahami oleh banyak orang Kristen.
.
Minggu ini kita akan meneruskan eksposisi Kitab Galatia untuk melihat apa yang Allah Tritunggal karyakan untuk memberikan suatu status istimewa bagi kita umat-Nya. Bagaimana aplikasi InjilNya di dalam hidup kita semua?

Ada suatu ketegangan di dalam iman Kekristenan yang tidak bisa dijawab oleh cabang filosofi maupaun agama manapun yaitu ketegangan antara HUKUM (THE LAW) yg lurus dan kaku sehingga tidak bisa dibengkokkan dengan ANUGERAH (GRACE) yang adalah menerima sesuatu yang tidak selayaknya diterima jika kita sudah melanggar HUKUM (THE LAW). Banyak agama maupun gereja berusaha hanya menekankan salah satu, karena keduanya di dalam dirinya sendiri tidak mungkin bisa didamaikan karena pada hakekatnya akan selalu berlawanan.
.
Namun Minggu ini kita akan melihat bagaimana INJIL memberikan suatu solusi yang sangat Indah sehingga kedua hal ini tidak lagi berkontradiksi melainkan sangat koheren dan TIDAK TERPISAHKAN. Lantas kemudian apa esensinya sertai implikasi Injilnya bagi kehidupan kita orang percaya?

Minggu ini kita akan ambil waktu untuk melihat tulisan rasul Paulus di Galatia mengenai arti Salib yang paling jelas dan eksplisit bagi penebusan kita. Tidak ada ayat lain yang sejelas Galatia 3:10-14. mengenai arti salib yang sesungguhnya dalam karya penebusan Kristus.Minggu ini kita akan membahas, Mengapa Salib itu diperlukan? Apa yang sebenarnya terjadi di Salib? Lalu apa hasilnya? Bagaimana salib berdampak bagi kita yang percaya?

Minggu ini kita kembali meneruskan Kotbah berseri "The Book of Galatians: Standing Upon the Gospel of Grace" - Di perikop yang akan kita bahas minggu ini, Rasul Paulus membukakan kepada pembacanya bagaimana memahami narasi seluruh Alkitab..Banyak orang yang melihat Alkitab seperti hutan yang membingungkan, hanya kumpulan cerita-cerita yang berkontradiksi dan ide-ide yang tidak berhubungan.

Tetapi saat kita meneliti Galatia 3:9-22 kita akan melihat suatu KOHERENSI yang mencengangkan. Minggu ini kita akan melihat KOHERENSI itu. Lantas apa makna KOHERENSI itu yang bisa kita renungkan?Apa yang menjadi inti Injil dan implikasinya bagi hidup kita?

Minggu ini kita akan ambil waktu untuk melihat tulisan rasul Paulus di Galatia mengenai arti Salib yang paling jelas dan eksplisit bagi penebusan kita. Tidak ada ayat lain yang sejelas Galatia 3:10-14. mengenai arti salib yang sesungguhnya dalam karya penebusan Kristus.
Minggu ini kita akan membahas, Mengapa Salib itu diperlukan? Apa yang sebenarnya terjadi di Salib? Lalu apa hasilnya? Bagaimana salib berdampak bagi kita yang percaya?

Minggu ini kita kembali meneruskan Kotbah berseri "The Book of Galatians: Standing Upon the Gospel of Grace" - Di perikop yang akan kita bahas minggu ini, Rasul Paulus membukakan kepada pembacanya bagaimana memahami narasi seluruh Alkitab.
.
Banyak orang yang melihat Alkitab seperti hutan yang membingungkan, hanya kumpulan cerita-cerita yang berkontradiksi dan ide-ide yang tidak berhubungan. Tetapi saat kita meneliti Galatia 3:9-22 kita akan melihat suatu KOHERENSI yang mencengangkan. Minggu ini kita akan melihat KOHERENSI itu. Lantas apa makna KOHERENSI itu yang bisa kita renungkan?Apa yang menjadi inti Injil dan implikasinya bagi hidup kita?

Semua orang harus menghadapi persoalan Fundamental yang adalah persoalan Kejahatan, Penderitaan serta Kematian. Bukan Hanya itu semua manusia juga di dalam menjalani kehidupannya di dunia ini juga pasti mengalami pergumulan eksistensial, yang adalah pencarian makna, tujuan, pengakuan, penerimaan, kasih serta penghargaan untuk bisa bahagia. Banyak yang ditawarkan dunia untuk menenangkan persoalan fundamental ini serta menjadi solusi bagi pergumulan eksistensial.
.
Minggu ini saat kita merayakan Paskah, Kita akan melihat bagaimana Kebangkitan Kristus dan Kabar Baik Injil memberikan solusi dan jawaban bagi kedua hal ini. Apa jawabannya? Bagaimana itu teraplikasi di dalam hidup kita?

Keberatan terbesar akan iman Kristen adalah: Tuhan kok mati? Tuhan kok lemah? Tuhan kok harus ditelanjangi dan disiksa serta mati di salib? Suatu konsep spiritualitas yang ganjil bagi banyak orang? Apalagi saat merayakan hari JUMAT AGUNG atau dalam bahasa Inggris GOOD FRIDAY. Apa yang Agung atau GOOD (Baik) dari peristiwa Salib di hari Jumat 2000 tahun yang lalu itu? Apa signifikansinya dan bagaimana aplikasi Injilnya bagi hidup kita?
.
Temukan Jawabannya Jumat ini "The Paradox of the Gospel - Good Friday - YESUS DITOLAK (FORSAKEN) SUPAYA KITA DITERIMA (ACCEPTED)

Minggu Palma adalah saat di mana kita merayakan kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem yang dielu-elukan untuk menjadi raja, sebelum kemudian disalibkan pada Jumat Agung dan bangkit pada hari Minggu Paskah.
.
Mengapa orang yang sama yang mengatakan Hosana kemudian berteriak "Salibkan Dia!" Karena Kerajaan yang didirikan Yesus sangat berbeda dengan harapan dan ekspektasi mereka. Minggu ini kita akan melihat bagaimana nilai kerajaan yang diperkenalkan Yesus sangat berbeda bahkan terbalik dengan nilai-nilai kerajaan dunia yang akan menunjukkan paradoks Injil. Apa hubungannya dengan kita? Bagaimana aplikasi dan implikasi Injilnya bagi hidup kita?

Minggu Palma adalah saat di mana kita merayakan kedatangan Yesus Kristus ke Yerusalem yang dielu-elukan untuk menjadi raja, sebelum kemudian disalibkan pada Jumat Agung dan bangkit pada hari Minggu Paskah.
.
Mengapa orang yang sama yang mengatakan Hosana kemudian berteriak "Salibkan Dia!" Karena Kerajaan yang didirikan Yesus sangat berbeda dengan harapan dan ekspektasi mereka. Minggu ini kita akan melihat bagaimana nilai kerajaan yang diperkenalkan Yesus sangat berbeda bahkan terbalik dengan nilai-nilai kerajaan dunia yang akan menunjukkan paradoks Injil. Apa hubungannya dengan kita? Bagaimana aplikasi dan implikasi Injilnya bagi hidup kita?

Ketika orang mulai berkata, “Apa Injil itu? Bagaimana saya menemukan Injil? Bagaimana saya mendapatkan pesan Injil dari Tuhan?”
Minggu ini kita akan belajar bahwa kita hanya dapat memahami Injil melalui ayat-ayat Alkitab, tetapi pada saat yang sama kita melihat surat Paulus di kitab Galatia bahwa kita hanya dapat memahami inti ayat-ayat Alkitab melalui lensa Injil saja.
Jadi Tanpa Alkitab, tidak ada Injil, tetapi tanpa Injil, esensi Alkitab yang sesungguhnya juga tidak akan dapat kita pahami. Apa Maksudnya? Mengapa ini penting untuk hidup kita sehari-hari? Bagaimana Aplikasinya?

Ketika orang mulai berkata, “Apa Injil itu? Bagaimana saya menemukan Injil? Bagaimana saya mendapatkan pesan Injil dari Tuhan?”
.
Minggu ini kita akan belajar bahwa kita hanya dapat memahami Injil melalui ayat-ayat Alkitab, tetapi pada saat yang sama kita melihat surat Paulus di kitab Galatia bahwa kita hanya dapat memahami inti ayat-ayat Alkitab melalui lensa Injil saja.
.
Jadi Tanpa Alkitab, tidak ada Injil, tetapi tanpa Injil, esensi Alkitab yang sesungguhnya juga tidak akan dapat kita pahami. Apa Maksudnya? Mengapa ini penting untuk hidup kita sehari-hari? Bagaimana Aplikasinya?