New Life Community

The Christian life will have seasons where God seems distant and silent. Understanding this is a normal part of the life of faith is important, so we’re not caught unaware. More than that, God can use these times to grow our faith. We can rely on the promises that God will never leave us and that the inner work of the Spirit will help us persevere and experience God’s faithfulness.

This series touches on the topic of bad words and why we shouldn’t use them. We will explore Scriptures about the power of words and discover the real, God-honoring purposes of our words.

This series touches on the topic of bad words and why we shouldn’t use them. We will explore Scriptures about the power of words and discover the real, God-honoring purposes of our words.

This series touches on the topic of bad words and why we shouldn’t use them. We will explore Scriptures about the power of words and discover the real, God-honoring purposes of our words.

This series touches on the topic of bad words and why we shouldn’t use them. We will explore Scriptures about the power of words and discover the real, God-honoring purposes of our words.

What’s the meaning of life? Everyone from philosophers and British comedians have been asking the question since the beginning of recorded history, but there’s just no single answer for all people. Instead, Jesus offers us a vision of a meaningful life that embodies his mission of Spirit-filled hope and love. This series takes lessons for a meaningful life from Jesus’s final meal with his disciples (John 13–17). A meaningful life looks different for every person, yet for all of us, it is a life well-lived with and for Jesus.

What’s the meaning of life? Everyone from philosophers and British comedians have been asking the question since the beginning of recorded history, but there’s just no single answer for all people. Instead, Jesus offers us a vision of a meaningful life that embodies his mission of Spirit-filled hope and love. This series takes lessons for a meaningful life from Jesus’s final meal with his disciples (John 13–17). A meaningful life looks different for every person, yet for all of us, it is a life well-lived with and for Jesus.

What’s the meaning of life? Everyone from philosophers and British comedians have been asking the question since the beginning of recorded history, but there’s just no single answer for all people. Instead, Jesus offers us a vision of a meaningful life that embodies his mission of Spirit-filled hope and love. This series takes lessons for a meaningful life from Jesus’s final meal with his disciples (John 13–17). A meaningful life looks different for every person, yet for all of us, it is a life well-lived with and for Jesus.

What’s the meaning of life? Everyone from philosophers and British comedians have been asking the question since the beginning of recorded history, but there’s just no single answer for all people. Instead, Jesus offers us a vision of a meaningful life that embodies his mission of Spirit-filled hope and love. This series takes lessons for a meaningful life from Jesus’s final meal with his disciples (John 13–17). A meaningful life looks different for every person, yet for all of us, it is a life well-lived with and for Jesus.

This four-week youth series discovers the truth that comes from telling God that we’re not okay. By looking at common struggles like anxiety, depression, temptation, and conflict, we can see what God wants us to do to experience peace, joy, hope, and love no matter what struggle we are going through.

This four-week youth series discovers the truth that comes from telling God that we’re not okay. By looking at common struggles like anxiety, depression, temptation, and conflict, we can see what God wants us to do to experience peace, joy, hope, and love no matter what struggle we are going through.

To do so, we must learn to adopt the spiritual disciplines Jesus practiced. Each week focuses on a different discipline from the life of Jesus.

To do so, we must learn to adopt the spiritual disciplines Jesus practiced. Each week focuses on a different discipline from the life of Jesus.

To do so, we must learn to adopt the spiritual disciplines Jesus practiced. Each week focuses on a different discipline from the life of Jesus.

Whether we are young or old, we can face peer pressure, so we will look to individual stories in the Bible to learn how to deal with the pressure we experience.

Whether we are young or old, we can face peer pressure, so we will look to individual stories in the Bible to learn how to deal with the pressure we experience.

Whether we are young or old, we can face peer pressure, so we will look to individual stories in the Bible to learn how to deal with the pressure we experience.

Whether we are young or old, we can face peer pressure, so we will look to individual stories in the Bible to learn how to deal with the pressure we experience.

Yesus menyebut diriNya sebagai Kebangkitan dan Hidup dalam peristiwa kebangkitan Lazarus. Kita dapat memaknai Paskah dan arti dari kebangkitan, melalui peristiwa tersebut. Yesus bukan hanya menjanjikan kebangkitan setelah kematian, tetapi juga kuasa kebangkitan yang sama dapat mentransformasi cara pandang kita terhadap kehidupan hari ini.

Bangsa Israel dipanggil sebagai bangsa yang kudus, meskipun kita melihat bahwa mereka berulang kali bersikap bebal, meninggalkan, dan menentang Tuhan. Mereka jauh dari apa yang mungkin kita kenal sebagai bangsa yang tidak bercela. Tetapi ketika kita memahami bahwa kekudusan adalah kita dipisahkan untuk dipakai Tuhan, kita akan mengalami transformasi internal dan eksternal.

Kekristenan cenderung menghargai dan merayakan bentuk ibadah, termasuk hingga musik sebagai identitas gereja. Tetapi perubahan yang kita lihat apakah bernilai? Apa yang kekristenan rayakan hendaknya adalah pertobatan, pemuridan, dan perumbuhan ketaatan.

Kekudusan adalah konsep dan prinsip yang fundamental dan penting bagi setiap orang percaya. Kita hidup kudus bukan karena tindakan saja, tetapi kita hidup menyelaraskan semua aspek kehidupan kita dengan Bapa.

Kita sering merasa "kudus" adalah kata yang muluk dan jauh dari kita sebagai orang yang hidup di dunia dan bekerja, berinteraksi dengan dunia setiap hari. Tetapi kita melihat bahwa kudus adalah perintah Tuhan, yang berarti, kita perlu menyelaraskan definisi kudus kita denganNya, dan diperlengkapi untuk hidup kudus, hidup dipakai oleh Tuhan.

Dalam episode ini, kita mengeksplorasi kisah Abigail dan Nabal dari 1 Samuel 25:2-38 yang mengajarkan pentingnya memilih pasangan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai iman. Melalui sikap bijaksana Abigail di tengah konflik, kita diajak memahami bagaimana menjadi pribadi yang tidak hanya mencari tetapi menarik pasangan berkualitas melalui keimanan dalam Tuhan, kekuatan karakter, dan pentingnya berada dalam komunitas yang tepat.

Dalam episode podcast ini, kita akan menjelajahi bagaimana kepercayaan antara manusia dan Tuhan menjadi sasaran serangan pertama dari iblis, sebagaimana dicontohkan dalam kisah Hawa dan ular di Taman Eden (Kejadian 2:18, 3:1-6).

Kita perlu mempercayai Tuhan sepenuh hati dan menghindari kecenderungan untuk bergantung pada pengertian kita sendiri (Amsal 3:5-6), yang dapat mengarahkan pada pola hidup yang terpusat pada diri sendiri dan menimbulkan kekecewaan dalam hubungan.

Kekosongan kehidupan kita tidak dapat diisi dengan orang atau status yang kita punya. Hubungan kita dengan orang lain hanya dapat se sehat dengan bagaimana kondisi hubungan kita dengan Tuhan

Memasuki tahun baru perubahan yang terjadi dalam hidup kita biasanya tidak ditentukan oleh perubahan masif, tetapi perubahan yang secara sadar kita perbaiki sedikit demi sedikit.

Setiap kita memiliki identitas baik yang diberikan kepada kita, ataupun identitas yang kita ambil atas tindakan, performa, kelemahan ataupun kesuksesan kita. Dari Naomi dan Yabes kita belajar bahwa identitas yang Tuhan berikan buat setiap kita lebih kuat dan signifikan dari semua identitas yang disematkan dunia ataupun diri kita sendiri.

Natal secara khusus membawa sukacita dan kedamaian untuk setiap kita. Satu prinsip dasar yang kita perlu hidupi adalah sukacita dan kebahagiaan sejati datang ketika kita hidup memberi.

Yesus datang untuk semua bangsa, dengan fokus untuk menyelamatkan yang terhilang. Namun kita seringkali sebagai gereja terjebak dalam berbagai kesibukan gerejawi

Mengakhiri tahun dengan pengucapan syukur dan evaluasi mengenai apa yang kita alami dan Tuhan kerjakan sepanjang 2023

Dalam mengikut Tuhan kita seringkali terjebak untuk mengandalkan diri sendiri melalui hal baik yang Tuhan percayakan ada disekitar kita, termasuk para pemimpin, persembahan keagamaan dan hal baik yang kita alami.

Hendaklah setiap ya dan setiap tidak yang kita katakan adalah benar, karena selebihnya berasal daripada si jahat. Dapat diamati bahwa ketika kita hidup diluar panggilan kita, kita cenderung untuk berkata ya kepada setiap hal yang harusnya kita jauhi, dan sebaliknya berkata tidak untuk setiap hal yang Tuhan siapkan untuk kita.

Saat kita berkata bahwa Yesus adalah Tuhan kita, kita cenderung mengabaikan implikasinya bahwa seluruh kehidupan kita akan perlu disesuaikan. Banyak dari kita mengaku pengikut Tuhan namun kita tetap mengizinkan adanya allah lain yang berkuasa didalam hidup kita.

Kita mengasihi Allah dengan cara kita bekerja yang serupa dengan penyembahan, kita mengasihi orang lain dengan cara kita bekerja dengan hati melayani, dan kita mengasihi diri kita dengan menikmati hasil pekerjaan dan buah baik yang diberikan Tuhan pada kita.

Setiap kita yang mengikut Kristus dapat mempelajari tindakan Lidia. Dia memberikan beberapa contoh yang baik untuk menjadikan Kristus menjadi sumber hidupnya, yaitu dengan hadir dalam panggilannya, mendengar dan memperhatikan agenda Tuhan, dan merespon dengan berkorban dan komitmen.

Dalam segala perkerjaan kita, pertanyaan utama adalah apakah apa yang kita lakukan membawa orang lain semakin dekat dan kenal Tuhan, atau sebaliknya? Melalui peran Roh Kudus, berakar dalam komunitas, dan disiplin rohani, kita dapat menghidupi kehidupan dan pekerjaan kita sesuai kehendak Bapa.

Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita bekerja. Oleh sebab itu kita perlu memahami alasan, etika, dan bagaimana cara kita bisa bekerja sesuai dengan apa yang Tuhan rencanakan dan dengan cara yang sesuai kehendak Tuhan.

Setiap kita dipercay akan untuk mengerjakan bagian kita, dalam panggilan kita masing masing. Belajar dari Yusuf dalam kebenaran Alkitab, kita perlu menyadari bahwa baik atau buruk nya keadaan kita, kita tetap memiliki panggilan untuk manjadi hamba yang baik dan setia.

Penyembahan, pelayanan, dan kerja memiliki akar kata yang sama dalam bahasa Ibrani. Kita perlu melihat bahwa ibadah kita sejatinya bukan hanya ketika kita bergereja saja, tetapi setiap kali kita mengangkat tangan untuk menyembah, turun tangan untuk bekerja, dan ringan tangan untuk melayani sesama kita.

Dalam episode ini, ada dampak bagaimana kita berbicara pada diri sendiri, bagaimana mengatasi pikiran negatif, dan pahami bahaya toksisitas. Pikiran memengaruhi hidup, Amsal 4:23. Untuk itu kita perlu mengarahkan pikiran pada hal yang baik, serta mengodentifikasi area perbaikan: terutama jika kita memiliki sikap skeptis, pola pikirang negatif.

Kita dapat mengevaluasi hubungan kita dengan Tuhan lebih baik jika kita melihat dan belajar dari hubungan kita dengan sesama. Seringkali kita mudah untuk melakukan evaluasi terhadap hubungan kita dengan sesama yang lebih terlihat dibandingkan hubungan kita dengan Tuhan. Untuk bisa membangun hubungan yang berkelanjutan, kita perlu mengerti dan mengaplikasikan bahasa kasih yang bisa kita ungkapkan dengan baik kepada Tuhan.

Tuhan mengizinkan hal buruk terjadi supaya kita bisa mengerti dan memahami kebaikan Tuhan secara lebih dalam. Belajar dari Ayub dan Yefta, kita perlu tetap terkoneksi dengan Tuhan dan mempercayai Dia dalam setiap proses yang mungkin diluar dari apa yang kita ekspektasi ketika mengikut Tuhan

Sebagai orang percaya kita cenderung hitung hitungan dalem mengikut Tuhan. Kita tidak dapat memenangkan perjalanan kita bersama Tuhan tapi masih menggunakan lensa dan fokus dunia dalam melihat situasi dan sesama kita.

Tuhan mencari pria yang mau berdiri dihadapanNya dan memnuhi desain dan panggilanNya. Namun Adam memilih untuk bersembunyi. Kita melihat dalam beberapa kesempatan Tuhan tidak menemukan pria yang mau berdiri bukan untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.

Tuhan menciptakan kita dengan ide dan rancangan besar, namun seringkali kita mencoba mencari dan memaksakan rencana kita seniri. Dari surat Paulus kepada jemaat di Efesus kita belajar bahwa kita harus menjadi pengikut Krisus yang utuh dan berintegritas. 

Untuk dapat mengasihi dengan baik, kita perlu mengerti bahwa definisi mengasihi yang sejati datang dari Tuhan. Untuk itu didalam hubungan kita dengan pasangan kita akan perlu belajar untuk terus mengasihi secara intensional, termasuk setelah kita masuk dalam pernikahan.

Membangun batasan dalam hubungan adalah prinsip yang fundamental, tapi seringkali kita langgar. Menjalankan hubungan tanpa batasan biasanya membawa memperlambat kita memenuhi panggilan kita atau membawa kita kepada kekecewaan yang tidak perlu. Dari Yesus kita belajar untuk memelihara setiap circle hubungan kita dengan sehat, dengan memiliki hikmat untuk mengasihi setiap orang dengan tepat, namun menjaga akses yang kita berikan kepada orang orang di sekitar kita. 

Belajar dari Ruth dan Naomi, ada banyak pelajaran mengenai mengasihi dan ketaatan yang sudah jarang kita temukan. Ada prinsip prinsip dalam mengasihi orang lain yang Tuhan ajarkan melalui kisah dan keputusan yang mereka lakukan. 

Pengampunan adalah dasar yang membantu berlanjutnya hubungan, terutama hubungan antara kita dengan sesama. Yesus memberikan contoh dan beberapa prinsip pengampunan yang perlu kita teladani, termasuk kita perlu berhai hati akan beberapa budaya dunia yang mulai mendistorsi bentuk pengampunan yang Yesus sudah ajarkan.

Setiap kita hidup dengan sumber daya terbatas, yaitu waktu. Baik kita menghidupi dengan tujuan atau hidup tanpa tujuan, baik kita tahu tujuan Tuhan untuk kita atau tidak, setiap waktu, uang, dan energi kita adalah sumber daya yang selalu kita habiskan. Kita perlu memahami bahwa Tuhan menciptakan kita dengan tujuan, dalam bentuk benih karakter dan benih kompetensi. Sehingga untuk kita bisa efektif dalam penggejaran tujuan kita, kita perlu melihat kedalam, terutama apa yang sudah Tuhan percayakan.

Dalam hari hari menjelang kematian Yesus, kita bisa mempelajari beberapa prinsip untuk mengetahui dan mengejar rancangan Tuhan. Kita tahu bahwa setiap kita diundang untuk masuk ke dalam rancanganNya, tapi rancangan tersebut bisa jadi berbeda dengan rancangan kita. 

Kita tidak dapat menjalani kekristenan kita dengan auto pilot. Kita perlu secara sadar menjaga dan menumbuhkan iman kita setiap hari, dimulai dengan melihat hal apa yang menarik perhatian kita lebih besar dari hal yang dari Tuhan. Bagaimana kita mengejar kekudusan kita juga akan mempengaruhi perjalanan rohani orang lain disekitar kita. 

Kita menghadapi situasi dimana kita secara lahiriah bergereja, tetapi kita menjadikan Tuhan sebagai aktor pendukung kita mencapai kemenangan kita, mencapai visi dan mimpi besar yang "Tuhan berikan". Ibrani 11 menulis bahwa pahlawan iman di Alkitab bahkan tidak melihat kemenangan lahiriah selama mereka hidup meskipun iman mereka besar. Hal ini yang perlu kita selaraskan agar kita menghidupi tahun ini sesuai dengan desain dan purpose Tuhan, bukan keinginan kita yang bengkok.

Melalui para gembala, orang majus dan Yusuf dan Maria, kita belajar bahwa rahasia kecukupan adalah kehadiran Kristus. Terlepas dari apakah situasi kita sesuai ekspektasi, atau bahkan melebih ekspektasi, dalam segala situasi kita perlu bisa berkata cukup. Ini adalah dasar dari menjadi orang yang bermurah hati.

Kemurahan hati yang alkitabiah bersumber kepada karakter Bapa, dan kemurahan hati ini berbeda dengan dunia. Kemurahan hati kita berdasar kepada perubahan kodrat yang kita terima melalui kasih karunia Allah.

Setiap kita diperkaya untuk menjadi orang yang murah hati. Melalui jemaat di Makedonia kita belajar bahwa meskipun ditengah kesulitan, setiap kita bisa tetap bermurah hati.

Sebagai orang kristen kita perlu mengevaluasi diri dari mentalitas yang menghambat pertumbuhan kita secara karakter dan kapabilitas. Self pity, insecurity, dan mediocrity seringkali menjadi beberapa mentalitas utama yang perlu kita tinggalkan untuk bisa berkembang menjadi garam dan terang. 

Dalam menghidupi ketekunan, kita perlu terus datang menjalani panggilan kita, meskipun kita menghadapi banyak tantangan. Seringkali kita merasa diri kita korban, atau kita merasa gengsi, dan mudah meyerah sehingga kita tidak melihaht pengharapan yang Tuhan sudah sediakan ketika kita tetap bertekun.

Melalui Elia, kita melihat bahwa saat kita sedang dilanda kecemasan, kita tidak dapat mengidentifikasi campur tangan dan mujizat Tuhan meskipun terjadi di depan kita sekalipun. Melalui Yesus kita dapat mengerti bagaimana seharusnya kita merespon ketakutan dan kecemasan yang benar, dan membuat kita keluar sebagai pemenang.

Untuk menjadi gereja yang tak terbantahkan, gereja perlu mengutamakan bagaimana cara mengedepankan kasih dan keadilan. Dengan menunjukkan kasih, mengejar kesatuan, gereja bisa menjadi dampak yang lebih signifikan bagi dunia.

Untuk bisa tertanam di gereja, kita perlu memikirkan ulang konse gereja dengan definisi yang sesuai dengan apa yang ditulis dalam Alkitab. Ada 3 prinsip untuk kita bisa berkomunitas dan membangun gereja dengan baik, yaitu dengan menyadai bahwa gereja adalah panggilan untuk bersekutu, bahwa sebagian besar pertumbuhan dalam beregerja datang dari sewaktu kita duduk semeja dengan saudara seiman, dan bahwa penyembahan kita tidak dibatasi lagu yang  kita nyanyikan di hari Minggu saja.

Setiap orang percaya yang bergereja memiliki dasar dan tujuan yang sama untuk bertumbuh dalam segala hal menjadi serupa Kristus. Hanya karena seseorang sudah bergereja untuk waktu yang lama, bukan berarti pertumbuhannya terjadi. Untuk itu kita perlu menyadari peran kita di gereja, dan berperan sebagai gereja di kehidupan kita setiap hari.

Untuk memberitakan kabar baik, sebagian besar dari kehidupan kita sebagai orang Kristen ditandai dengan bagaimana kita hidup. Ini berarti bagaimana kita berbicara, mengambil keputusan, merespon situasi di sekitar kita harus menunjukkan Kristus kepada orang disekitar kita.

Sebagai orang percaya kita mempunya kuasa yang Tuhan berikan melalui Roh Kudus. Sayangnya kita seringkali berusaha menghidupi panggilan kita tanpa melibatkan Roh Kudus. Hanya dengan mengandalkan Tuhan, kita bisa hidup sepadan dengan panggilan kita didalam Kristus.

Melalui Zakheus, kita melihat bahwa Yesus tidak mengukur hidup kita berdasarkan kepemilikan kita tetapi berdasarkan pengelolaan dan kemurahan hati kita. Sukacita dari setiap penerima kemurahan hati kita akan sepadan dengan sukacita yang kita terima sebagai pemberi. 

Kemerdekaan kita sebagai orang pecaya ditandai dengan penyembahan kita kepada Allah, bukan kepada diri sendiri. Kemerdekaan juga ditandai dengan pertobatan dan ketaatan. Apakah kita menyebut diri sebagai orang merdeka, tapi pada kenyataannya kita massih daalam perbudakan keinginan daging kita sendiri?

Segala sesuatu yang kita punya berasal dari Tuhan dan untuk Tuhan, lebih dari sekedar mengatur dengan baik apa yang Tuhan percayakan, apa yang kita hasilkan juga merupakan milik Tihan dan bukan milik kita sendiri. Setiap hasil yang kita punya ataupun hasil yang kita dapatkan, adalah kepercayaan Tuhan untuk kita salurkan sebagai berkat, jika kita melihat diri kita secara jujur, apakah kita semakin diberkati semakin mudah menjadi berkat, atau sebaliknya, kita mulai melihat kepemilikan dan uang sebagai sesuatu yang mengikat kita.

Cinta akan uang akan membuat kita menjadikan Tuhan sebagai alat untuk mendapatkan berkat, sebaliknya menjadikan Tuhan sebagai tuan yang benar akan membuat kita melihat uang sebagai alat untuk menjadi berkat bagi orang lain.