Podcasts by Category
3865 - Menghindari Perdebatan dengan Anak
0:00 / 0:00
1x
- 3865 - Menghindari Perdebatan dengan Anak
Menghindari Perdebatan dengan Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 06 Dzulqa’dah 1445 H / 14 Mei 2024 M.
Kajian Tentang Menghindari Perdebatan dengan Anak
Untuk bisa mempengaruhi, seseorang harus menghindari perdebatan yang sengit, cacian, hinaan, apalagi makian yang menyebabkan munculnya rasa marah dan permusuhan. Sebaliknya, hendaknya kita fokus untuk memecahkan masalah. Kadang-kadang perhatian kita teralihkan kepada hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan dengan masalahnya. Kita mulai emosi, kemudian mengucapkan kata-kata yang tidak berfaedah. Misalnya, “Kamu sudah disekolahkan, kok seperti itu? Kok seperti ini?” atau kata-kata sejenisnya yang seolah-olah kita justru mengungkit-ungkit kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan kepadanya.
Padahal apa yang sudah kita lakukan kepadanya itu anggaplah sebagai amal shalih. Kedepannya, kita terus berusaha untuk berbuat baik kepada anak-anak kita, bukan justru mengungkit-ungkit. Itu bisa dikategorikan sebagai mannan (mengungkit-ungkit kebaikan).
Memang boleh menyebutkan kebaikan untuk tujuan pendidikan, tetapi lihat konteksnya. Yaitu konteksnya betul-betul pendidikan dan orang yang mendengar ungkitan kita itu mengerti bahwa ini tujuannya untuk mendidik dan mengarahkannya, bukan untuk merendahkannya.
Jadi, tidak di setiap momen kita boleh mengungkit kebaikan kepada orang lain dengan alasan ingin memberikan pelajaran. Kadang-kadang, perbedaan antara nasihat dan mempermalukan itu tipis. Begitu juga, perbedaan antara pelajaran dan hinaan. Maka, itu kembali kepada tujuan dan niat kita. Kadang-kadang, tanpa alasan yang jelas, kita mengungkit-ungkit kebaikan. Itu tidak dibenarkan, itu tergolong mannan, yang mana Allah tidak akan melihat pelakunya, tidak berbicara dengannya, tidak menyucikannya dari keburukan, dan baginya adzab yang pedih.
Biasanya, dalam dialog seperti ini, orang tua yang tidak bisa mengontrol emosinya jatuh dalam hal-hal seperti itu. Mereka mulai mengungkit kebaikan-kebaikannya, apa yang sudah dilakukannya kepada anaknya.
Jadi, hindari perdebatan. Kita tidak perlu berdebat dengan anak-anak kita. Itu bukan levelnya. Yang perlu dilakukan adalah tukar pikiran, berdiskusi, berdialog, bukan berdebat. Setan biasa menggunakan majelis-majelis debat untuk menggiring seseorang kepada kebatilan atau menjebak seseorang kepada kesalahan.
Nabi tidak berdebat dengan pemuda yang meminta izin berzina dengan mengatakan, “Apakah kamu tidak tahu zina itu haram?” Nabi juga tidak menyampaikan dalil-dalil yang panjang atau dengan cara menghardik. Nabi tidak memberondongnya dengan hal semacam itu, walaupun zina adalah perkara mendasar yang setiap muslim tahu bahwa itu haram.
Coba lihat bagaimana dialog Nabi dengan pemuda tersebut. Luar biasa, Nabi tidak mengajaknya debat, tapi berusaha membangkitkan rasa empatinya terhadap orang lain. Dengan demikian, pemuda itu bisa merasakan akibat atau konsekuensi dari perbuatannya. Kadang-kadang orang tidak berpikir sejauh itu, namun setelah tahu, mereka mungkin berpikir ulang untuk melakukan apa yang diinginkannya.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian
Fri, 17 May 2024 - 49min - 3864 - Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji
Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 06 Dzulqa’dah 1445 H / 14 Mei 2024 M.
Kajian sebelumnya: Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan
Kajian Tentang Bab Berkhianat dan Membatalkan Janji
Pembahasan kita masih pada bab tentang berkhianat dan membatalkan janji. Sudah kita bahas pada pertemuan yang lalu hadits yang pertama yaitu hadits Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
أرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنافِقًا خَالِصًا…
“Ada empat perkara, yang mana apabila empat perkara ini ada pada diri seseorang maka dia adalah seorang munafik yang murni. Dan barangsiapa yang memiliki salah satu atau dua dari perangai yang empat ini maka dalam dirinya terdapat sifat kemunafikan sehingga dia meninggalkan perangai-perangai buruk tersebut. Empat perangai itu adalah: Kalau diberikan kepercayaan, dia khianat. Kalau berbicara, dia berdusta. Kalau berjanji, dia berkhianat (membatalkan perjanjian secara sepihak). Apabila bertikai, maka dia melampaui batas (berbuat kejahatan).” (Muttafaqun ‘alaih)
Na’udzubillah, kita bermohon perlindungan pada Allah dari sifat-sifat seperti ini.
Hadits berikutnya. Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Abdullah bin Umar, dan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhuma. Mereka berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لِكُلِّ غادِرٍ لِواءٌ يَوْمَ القِيَامَةِ، يُقَالُ: هذِهِ غَدْرَةُ فلانٍ
“Setiap orang yang berkhianat membatalkan janji akan memperoleh bendera pada hari kiamat, dikatakan kepada manusia: “Inilah bendera pengkhianatan Fulan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hadits berikutnya. Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ اسْتِهِ يومَ القِيَامَةِ يُرْفَعُ لَهُ بِقَدَرِ غَدْرِهِ، ألاَ وَلاَ غَادِرَ أعْظَمُ غَدْرًا مِنْ أمِيرِ عَامَّةٍ
“Setiap orang yang berkhianat dan membatalkan janjinya secara sepihak akan memperoleh sebuah bendera di belakangnya pada hari kiamat, bendera itu diangkat sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tiada pengkhianat yang lebih besar pengkhianatannya daripada seorang penguasa yang berkhianat kepada rakyatnya.” (HR. Muslim)
Dua hadits ini menjelaskan kepada kita tentang betapa besarnya dosa orang yang berkhianat. Dia akan dipermalukan oleh Allah Ta’ala. Kalau di dunia ini mungkin disembunyikan, tidak ada yang tahu atau hanya sedikit orang yang tahu, tetapi di hari kiamat kelak nanti, pengkhianat-pengkhianat yang membatalkan perjanjian secara sepihak akan ditancapkan bendera pengkhianatan. Na’udzubillah.
Kemudian, kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, disebutkan namanya “Ini adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh Fulan bin Fulan.” Jadi, seorang itu disebut namanya dan nama ayahnya. Ini menunjukkan pentingnya seorang anak tahu siapa bapaknya.Thu, 16 May 2024 - 1h 13min - 3863 - Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam
Kisah Nabi Luth ‘Alaihis Salam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 13 Mei 2024 M / 05 Dzulqa’dah 1445 H.
Kajian sebelumnya: Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya
Kajian Tentang Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya
Nabi Luth ‘Alaihis Salam hidup sezaman dengan Nabi Ibrahim. Dan Nabi Luth termasuk orang yang beriman dengan kenabian Nabi Ibrahim. Allah Ta’ala berfirman,
فَآمَنَ لَهُ لُوطٌ…
“Luth beriman kepadanya.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 26)
Kemudian para mufasirin menyebutkan bahwa Nabi Luth adalah keponakan dari Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam. Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Luth ‘Alaihis Salam adalah Luth bin Haran bin Tarikh, maka beliau adalah ponakan dari Nabi Ibrahim.”
Luth ‘Alaihis Salam adalah rasul yang Allah utus. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنَّ لُوطًا لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ
“Sesungguhnya Luth adalah salah satu dari para rasul yang diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. As-Saffat[37]: 133)
Allah Ta’ala berfirman juga dalam Surah Asy-Syuara ayat 160-163,
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍ الْمُرْسَلِينَ ﴿١٦٠﴾ إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ لُوطٌ أَلَا تَتَّقُونَ ﴿١٦١﴾ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ ﴿١٦٢﴾ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ ﴿١٦٣﴾
“Kaum Luth mendustakan para rasul, ketika saudara mereka, Luth, berkata: ‘Tidakkah kalian bertakwa?’ Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. Takutlah kalian kepada Allah, dan taatlah kepadaku.'” (QS. Asy-Syu’ara'[26]: 160-163)
Jelas dari beberapa ayat ini, kita mendapatkan kabar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Luth adalah salah satu rasul yang Allah Subhanahu wa Ta’ala utus.
Nabi Luth diutus kepada kaum Sodom (سدوم). Luth mendakwahi mereka untuk beribadah hanya kepada Allah semata, dan menegakkan amar makruf nahi mungkar. Di antara kemungkaran terbesar yang mereka lakukan, yang belum pernah dilakukan oleh siapapun sebelum mereka adalah melakukan hubungan laki-laki dengan laki-laki, atau homoseksual. Ini merupakan maksiat yang sangat besar dan mengerikan.
Namun, ajibnya di zaman sekarang, banyak orang yang mendukungnya. Ada grupnya sekarang, kaum warna-warni. Ini sangat mengerikan.
Syaikh berkata bahwa dosa ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh siapa pun dari kalangan anak cucu Adam, yakni mereka melakukan homoseksual, mendatangi laki-laki, dan melampiaskan syahwatnya bukan kepada perempuan tetapi kepada laki-laki yang sejenis. Jadi, ini belum pernah terjadi di masa sebelum mereka. Allah Ta’ala berfirman,
أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٥﴾ وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُم مِّنْ أَزْوَاجِكُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ ﴿١٦٦﴾
“Apakah kalian mendatangi (melampiaskan syahwat kepada) laki-laki dari kalangan manu...Thu, 16 May 2024 - 1h 00min - 3862 - Obat Nafsu Syahwat
Obat Nafsu Syahwat adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Hadits-Hadits Perbaikan Hati. Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada Senin, 05 Dzulqa’dah 1445 H / 13 Mei 2024 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Obat Nafsu Syahwat
Imam Ahmad Rahimahullah meriwayatkan dalam kitab Musnadnya dari sahabat Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Sesungguhnya ada seorang pemuda mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina.’ Maka sahabat yang berada di situ kemudian marah dan berkata, ‘Ada apa ini? Ada apa ini?’ Maka Nabi mengatakan, ‘Mendekatlah.’
Pemuda tersebut pun mendekat dan duduk di depan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka Nabi bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau suka jika ibumu yang dizinai?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, aku tidak suka.’ Maka Nabi mengatakan, ‘Dan semua orang juga tidak suka ibunya dizinai.’
Kemudian Nabi bertanya, ‘Apakah kamu suka jika yang dizinai adalah putrimu?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, Rasulullah, aku tidak suka.’ Maka Nabi mengatakan, ‘Juga seluruh manusia tidak suka untuk putri-putri mereka dizinai.’
Kemudian Nabi bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka jika yang dizinai adalah saudari perempuanmu?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, Ya Rasulullah, aku tidak suka.’ Maka Nabi mengatakan, ‘Juga seluruh manusia tidak mau jika saudari-saudari mereka dizinai.’
Kemudian Nabi bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka jika yang dizinai adalah saudari bapakmu?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, Ya Rasulullah.’ Maka Nabi mengatakan, ‘Juga seluruh manusia tidak mau jika saudari-saudari bapak mereka dizinai.’
Kemudian Nabi bertanya lagi, ‘Apakah kamu suka jika yang dizinai adalah saudari ibumu?’ Ia mengatakan, ‘Tidak, demi Allah, Ya Rasulullah.’ Maka Nabi mengatakan, ‘Juga seluruh manusia tidak mau jika saudari-saudari ibu mereka dizinai.’
Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut dan mendoakan,
اللهمَّ اغفرْ ذنبَه وطهِّرْ قلبَه وحصِّنْ فرْجَهُ
‘Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikan hatinya, dan jaga kemaluannya.’
Setelah itu, pemuda itu tidak pernah melihat sesuatu yang buruk lagi.” (HR. Imam Ahmad)
Imam At-Tabrani juga menambahkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
فاكره لهم ما تكره لنفسك، وأحب لهم ما تحب لنفسك
“Maka bencilah untuk manusia apa yang kau benci untuk dirimu, dan sukailah untuk manusia apa yang kau sukai untuk dirimu.” (HR. At-Tabrani)
Sesungguhnya, petunjuk nabi kita yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah petunjuk yang paling agung, paling sempurna, paling lurus, dan paling bermanfaat bagi seluruh hamba dalam segala sesuatu dan dalam segala bab. Manusia sangat butuh untuk benar-benar kembali kepada petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,Wed, 15 May 2024 - 36min - 3861 - Penyimpangan Kaum Sufi dalam Hal Menghinakan Diri
Penyimpangan Kaum Sufi dalam Hal Menghinakan Diri ini adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Talbis Iblis. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary pada Senin, 05 Dzulqa’dah 1445 H / 13 Mei 2024 M.
Kajian tentang Penyimpangan Kaum Sufi dalam Hal Menghinakan Diri
Pada kajian kali ini, kita membahas talbis iblis terhadap kaum sufi dalam hal penggemblengan jiwa dan upaya mereka untuk merendahkan diri. Namun, ini bukanlah merendahkan diri, melainkan menghinakan diri, yang mana hal itu dilarang dalam Islam.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan,
لَا يَنْبَغِي لِمُسْلِمٍ أَنْ يُذِلَّ نَفْسَهُ
“Tidak boleh seorang muslim menghinakan dirinya sendiri.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Kita wajib menjaga kehormatan diri. Menjaga muruah termasuk sebagai salah satu bagian dari akhlak Islam. Maka tidak boleh seorang muslim sengaja menjatuhkan muruahnya di hadapan manusia.
Dalam bab ini, Ibnul Jauzi menceritakan kepada kita salah satu yang dilakukan oleh kaum sufi dalam hal menghinakan diri. Banyak kisah-kisah yang disebutkan dalam buku-buku mereka. Ibnul Jauzi mengatakan, “Ada sebuah riwayat dari Al-Hasan bin Ali Ad-Damaghani yang menceritakan bahwa ada seseorang dari Bustam yang selalu menghadiri majelis Abu Yazid Al-Bustami dan tidak pernah absen dalam menuntut ilmu bersamanya. Suatu ketika, ia berkata, ‘Wahai guruku, sudah 30 tahun ini aku terus berpuasa dan mengerjakan shalat malam. Aku juga telah meninggalkan berbagai hawa nafsu dan syahwat, tetapi aku tidak merasakan sesuatu yang engkau sebut itu di dalam hati ini.’
Maka Abu Yazid berkata kepadanya, “Seandainya kamu berpuasa 300 tahun dan shalat malam 300 tahun, namun keadaanmu tetap seperti yang aku lihat saat ini, maka kamu tidak akan mendapati sedikit pun ilmu itu.” Orang ini kemudian bertanya, “Mengapa demikian, wahai guru?” Abu Yazid menjawab, “Karena kamu terhalang oleh jiwamu.”
Orang ini pun meminta nasihat, “Adakah solusinya agar tabir penghalang itu bisa hilang?” Abu Yazid menjawab, “Iya, ada solusinya, namun kamu tidak akan pernah mau melaksanakannya.”
Maka orang itu mengatakan, “Tidak, aku pasti akan menerimanya dan mengamalkan apapun yang engkau sebutkan nanti.” Maka Abu Yazid Al-Bustami memerintahkan, “Sekarang juga, pergilah ke tukang bekam, cukurlah rambut dan jenggotmu, lalu lepaskan pakaianmu ini dan gantilah dengan gamis panjang. Kemudian kalungkanlah suatu wadah di lehermu dan isilah wadah itu dengan buah ketapang. Kemudian kumpulkan anak-anak kecil di sekelilingmu dan katakan kepada mereka dengan suara keras, ‘Anak-anak, siapa yang mau menamparku dengan keras, maka aku akan memberinya buah ketapang ini.’ Setelah itu, lakukan itu di pasar, tempat kamu biasa dielu-elukan dan dikenal.”
Ini adalah perintah Abu Yazid kepada orang itu. Mendengar perkataan Abu Yazid ini, orang itu mengatakan, “Wahai Abu Yazid, Subhanallah, engkau berkata demikian kepada orang sepertiku. Patutkah aku melakukan apa yang engkau sebutkan itu?” Tentunya, orang itu tidak melakukan perintah tersebut karena merasa itu akan menjatuhkan muruah dan menghinakan diri serta kehormatannya.
Tue, 14 May 2024 - 40min - 3860 - Dosa Besar yang Dianggap Ringan
Dosa Besar yang Dianggap Ringan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah tematik oleh Ustadz Maududi Abdullah, Lc. Hafidzahullah pada Senin, 28 Syawal 1445 H / 07 Mei 2024 M.
Kajian Tentang Dosa Besar yang Dianggap Ringan
Pernahkah kita berpikir bagaimana kalau orang yang benar-benar taat kepada Allah? Bagaimana sayang Allah kepadanya? Apa yang akan Allah berikan kepadanya dan bagaimana Allah akan memperlakukan dirinya? Kalau kepada musuh-musuhNya yang memerangi Dia, memerangi rasulNya, memerangi kitabNya, memerangi orang-orang yang beriman kepadaNya begitu Dia perlakukan, bagaimana Ia akan memberikan sesuatu kepada negara yang di dalamnya hidup wali-waliNya?
Namun, dimana negara-negara yang sekarang penghuninya adalah wali-wali Allah? Maksiat telah merajalela di mana-mana. Kesalahan kepada Allah, kesalahan menjalani syariat Allah, kesalahan dalam bermuamalah telah masuk ke dalam hampir seluruh jaringan kehidupan. Sampai manusia sekarang ini membawa maksiat ke kamar mandi. Kalau kamar mandi, areal yang biasanya paling steril dari aneka ragam kegiatan kecuali hanya satu-satunya kegiatan itu saja, sudah tak lagi lepas dari tempat maksiat. Ke mana kita akan mencari tempat yang lepas dari maksiat?
Kamar yang dahulunya tempat istirahat sekarang tempat maksiat. Dahulunya tempat tidur tempat rehat sekarang teater dengan aneka ragam film barat. Rumah yang dahulunya tempat bercengkerama ayah dan ibu, anak dan menantu sekarang tak lagi menjadi tempat bercengkerama, hanya tempat bertatap muka walau sesaat. Setelah itu, masing-masing sibuk dengan maksiatnya. Jangan katakan kepada saya, “Ustadz terlalu berlebihan,” saya mengatakan itu yang saya lihat dan itu yang saya katakan, dan Allah menjadi saksi bahwa itu terjadi.
Saudaraku, saudariku, kalau ini kelakuan umat Islam, apa yang bisa kita bayangkan kepada mereka yang tidak beriman kepada Allah dan rasulNya? Satu rumah hidup suami istri yang di agama mereka haram bercerai karena -menurut mereka- apa yang Tuhan satukan, hanya Tuhan yang boleh memisahkan. Akhirnya, sang istri membawa teman lelakinya dan suami membawa teman wanitanya. Sang istri memperkenalkan kepada suaminya, “Ini boyfriend,” dan si suami memperkenalkan kepada istri, “Ini girlfriend.” Dan mereka bisa hidup biasa-biasa saja. Wallahi, kehancuran moral tak terhingga kalau sudah tidak beriman kepada Allah dan rasulNya.
Kalau hanya tahu dunia dan syahwat dunia, inilah kehidupan yang lebih dahsyat daripada binatang. Dianggap hak asasi manusia, asal tidak mengganggu yang lainnya dan saling ridha, semua aman?
Saya tidak ingin berbicara tentang negara-negara penuh maksiat karena tidak beriman kepada Allah. Biarkan mereka. Saya ingin berbicara tentang negara umat Islam, Indonesia tercinta, yang kita salah seorang di antaranya dan warga negaranya, yang harus punya cinta kepadanya dan berjuang untuk kebaikannya. Sebagaimana pahlawan-pahlawan kita dahulu berjuang untuk kebaikan negaranya, bangsa dan tanah airnya, tempat lahirnya, tempat besar dan dewasanya. Dari buminya mereka makan, di buminya mereka tidur, di buminya mereka mencari nafkah. Kita harus berusaha untuk memperbaiki negara kita sendiri.
Apabila kita melihat potret kehidupan umat Islam di negeri yang kita cintai ini bernama Indonesia, ada hal yang aneh namun tak terasa aneh, karena mereka tak mencari yang aneh-aneh. Namun bagi mereka yang mencari yang aneh, maka keanehan itu terlihat nyata. Yang aneh itu apa? Kita umat Islam terbesar, tapi terkalah. Kita umat Islam terbanyak,Tue, 14 May 2024 - 1h 28min - 3859 - Agar Allah Menjaga Kita
Agar Allah Menjaga Kita adalah kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. pada Ahad, 03 Dzulqa’dah 1445 H / 11 Mei 2024 M.
Kajian Tentang Agar Allah Menjaga Kita
Di antara nikmat yang sangat besar yang Allah berikan kepada kita, saudaraku sekalian, yaitu nikmat Islam dan nikmat iman. Ini merupakan kenikmatan yang luar biasa, dan kita berharap, mudah-mudahan, nikmat-nikmat itu Allah tetap jaga untuk kita. Saya yakin semua kita ingin dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala; dijaga badannya, dijaga hartanya, dijaga keluarganya. Demikian pula yang paling penting adalah dijaga keimanannya sampai meninggal dunia, karena kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjaga, siapapun yang ingin menyakiti kita tidak akan ada yang mampu. Kenapa? Karena Allah sebaik-baiknya penjaga. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
…اللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا…
“Allah adalah sebaik-baik Penjaga.” (QS. Yusuf[12]: 64)
Maka pertanyaannya adalah bagaimana caranya dijaga oleh Allah? Ini yang kita pikirkan. Sebab kalau sudah dijaga oleh Allah, kita tenang, bahagia dunia dan akhirat. Tapi kalau Allah tidak jaga, walaupun kita dijaga sama Kopassus, ABRI, ataupun militer, misalnya, maka sangat mudah Allah untuk memberikan mudharat kepada kita, karena kekuatan itu hanya milik Allah.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memberikan kepada kita tips agar dijaga oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Abdullah bin Abbas berkata, “Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah memboncengku di atas keledai, lalu beliau bersabda kepadaku,
يَا غُلاَمُ! إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ: احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ…
‘Hai anak! Sungguh aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapatkan Allah berada di hadapanmu.'” (HR. Tirmidzi)
Lihat: Hadits Arbain ke 19 – Jagalah Allah Niscaya Allah Menjagamu
Rasulullah mengatakan kepada Ibnu Abbas di sini, “Jagalah Allah.” Apa maksudnya “jagalah Allah”? Apakah Allah butuh kepada penjagaan kita? Tentu Allah tidak butuh kepada penjagaan kita, justru Allah yang menjaga kita. Tapi apa maksudnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada Abdullah bin Abbas, “Jagalah Allah”?
Al-Hafiz Ibnu Rajab dalam kitab beliau yang berjudul “Jami’ul Ulum wal Hikam” ketika mensyarah hadits ini, beliau berkata, “Jagalah perintah-perintah Allah, jaga larangan-larangan Allah, jaga batasan-batasan agama Allah, niscaya Allah akan menjaga kamu, menjaga pada badan kamu, pada harta kamu, bahkan kepada keturunan kamu, dan Allah akan jaga kamu saat sakaratul maut.”
Sungguh ini kalimat yang hendaknya kita camkan. Siapapun yang ingin dijaga oleh Allah, maka kata Rasulullah, “Jagalah Allah,” artinya, jaga perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Contoh perintah Allah, misalnya shalat, jaga shalat. Allah berfirman,
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Jaga oleh kalian dengan sungguh-sungguh shalat lima waktu, terutama shalat wustha (Ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah[2]: 238)
Allah juga berfirman,
Mon, 13 May 2024 - 46min - 3858 - Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 28 Syawal 1445 H / 07 Mei 2024 M.
Kajian Tentang Belajar Memahami Manusia dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Pada kajian kali ini kita belajar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagai teladan. Beliau adalah guru yang baik, beliau adalah pendidik yang sukses. Maka kita wajib menjadikan beliau sebagai panutan dalam mendidik. Demikian pula, di dalam hal keterampilan meyakinkan lawan bicara atau objek pendidikan kita.
Nabi adalah orang yang bisa memahami bahwa manusia itu tidak sama. Kadang-kadang kita harus melihat manusia dari sisi lain yang mungkin tidak orang lain lihat. Dan ini tentunya husnudzan yang harus di kedepankan, positive thinking. Karena untuk mencari sisi buruk manusia itu mudah, tidak semudah mencari sisi positifnya. Maka dari itu, perlu kita kedepankan asas praduga tidak bersalah, atau husnudzan di dalam berhadapan dengan siapapun. Itu yang kita ambil dan petik pelajarannya dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Ada sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah nomor 370. Bahwa ada seorang pemuda yang datang kepada nabi. Lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.”
Bagaimana respon kita kalau ada orang datang dan berkata seperti itu? Mungkin kita akan mengatakan, “Kamu gila,” atau akan mengusirnya. Seluruh sahabat yang hadir spontan menoleh dan mencelanya. Padahal nabi belum bereaksi, tapi orang-orang yang ada di sekitar sahabat-sahabat nabi langsung memprotes dan mengingkari pemuda tersebut.
Maka, mendengar ucapan pemuda itu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata, “Sini, mendekatlah.” Nabi justru memanggilnya ketika para sahabat ingin mengusirnya, tapi nabi justru menyuruhnya mendekat. Maka pemuda itu pun mendekat kepada nabi, lalu ia duduk.
Selanjutnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Apakah engkau suka bila perbuatan zina itu menimpa ibumu?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, sungguh, demi Allah, aku tidak suka.” Maka Rasul berkata, “Demikian juga orang-orang lain tidak suka bila perzinaan itu menimpa ibu-ibu mereka.”
Kita harus menghadirkan rasa empati gitu terhadap orang, bahwa orang juga tidak suka hal itu terjadi pada mereka, sebagaimana kamu juga tidak suka hal itu menimpa dirimu. Ini sering dibangkitkan nabi di dalam banyak momen. Kadang-kadang orang lupa empati.
Ini seperti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika menjelaskan kepada seorang yang datang bertanya tentang perkara yang bisa masukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari adzab neraka. Maka nabi menjelaskan kepadanya tentang enam perkara, lima di antaranya adalah rukun Islam, yaitu tauhid Laa Ilaaha Illallah, shalat, puasa, zakat, haji. Tapi ada satu poin lagi yang nabi jelaskan kepadanya, menjawab pertanyaannya, “Apa yang bisa membuatku masuk surga dan menyelamatkanku dari adzab neraka?” Poin keenam ini nabi mengatakan, “Perhatikan apa yang kamu suka orang-orang melakukannya kepadamu, maka lakukanlah itu kepada mereka juga. Dan apa yang kamu tidak suka mereka melakukannya terhadapmu,Fri, 10 May 2024 - 50min - 3857 - Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan
Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 28 Syawal 1445 H / 07 Mei 2024 M.
Kajian sebelumnya: Diharamkannya Merendahkan Seorang Muslim
Kajian Tentang Haramnya Mencela Nasab-Nasab Keturunan
Pembahasan kita pada kesempatan yang baik ini masih berkaitan dengan sejumlah hal yang dilarang di dalam Islam. Kita membahas bab yang disebutkan oleh Imam An-Nawawi, باب تحريم الطعن في الأنساب الثابتة في ظاهر الشرع yaitu bab tentang haramnya mencela nasab-nasab keturunan yang sudah tetap menurut hukum syariat.
Adapun ayat yang dibawakan oleh Al-Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala, yaitu firman Allah dalam Surah Al-Ahzab ayat yang ke-58,
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
“Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin laki-laki dan wanita dengan sesuatu yang tidak pernah mereka lakukan, maka orang tersebut telah membawa sebuah fitnah dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab[33]: 58)
Jadi, dari bab ini kita melihat betapa Islam ini memperhatikan masalah nasab, karena nasab keturunan ini penting. Oleh karena itu, Islam mengharamkan berzina dan selingkuh, karena ini akan menimbulkan anak-anak zina yang tidak sah dari sisi pernikahan. Islam memerintahkan untuk menikah dan memerintahkan untuk menjaga dan mengetahui garis keturunan kita.
Orang-orang Arab dahulu, bahkan sampai sekarang, mereka sangat menjaga garis keturunan mereka, karena ini hal berkaitan dengan kejelasan garis keturunan tersebut. Oleh karena itu, kalau ada orang yang kemudian menisbahkan nasabnya bukan kepada ayahnya atau kakeknya, tapi kepada orang lain, ini hukumnya haram, tidak dibenarkan oleh Islam.
Kemudian kita melihat juga dalam hal berkaitan dengan keturunan dan nasab ini, berkaitan dengan lima hal yang harus dijaga dalam Islam.
Pertama, Islam menjaga agama Allah, Maka dari itu, ada perintah untuk berjihad di jalan Allah, ada perintah untuk amar makruf nahi munkar, benar-benar menjaga agama Allah, dan dilarang melecehkan agama Allah Ta’ala. Bahkan, seorang yang melecehkan agama Allah dan dia punya ilmu, ini bisa terjerumus dalam kekufuran.
Kedua, Islam memelihara jiwa. Maka dari itu, Islam melarang seorang Muslim membunuh saudaranya, bahkan juga melarang membunuh orang-orang kafir yang berlindung di negeri Muslim. Islam menjaga kehormatan jiwa manusia.
Ketiga, menjaga harta. Harta adalah sesuatu yang menjadi milik seseorang. Tidak boleh kita mengambil harta orang lain dengan cara yang batil. Islam melarang merampok, mencuri, menipu dalam hal berkaitan dengan harta. Ini karena harta adalah sesuatu yang harus dijaga bagi seorang Muslim. Oleh karena itu pula Islam mewajibkan seseorang membayar hutang. Jika tidak dibayar di dunia, maka akan dituntut di akhirat nanti.
Keempat, menjaga kehormatan. Maka dari itu, Islam melarang menuduh seorang Muslim berzina tanpa mendatangkan bukti dan saksi. Dan ini semua menunjukkan bahwa Islam menjaga kehormatan seorang Muslim.Fri, 10 May 2024 - 1h 27min - 3856 - Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya
Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 27 Syawal 1445 H / 06 Mei 2024 M.
Kajian sebelumnya: Kisah Nabi Shalih ‘Alaihissalam
Kajian Tentang Pelajaran dari Kisah Nabi Shalih dan Kaumnya
Pada kesempatan ini, memasuki pelajaran-pelajaran atau ibrah yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Shalih. Ada lima pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Nabi Shalih.
Pelajaran yang pertama adalah kita mengambil nasihat dan pelajaran dari kebinasaan orang-orang yang dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ ﴿٤٤﴾ وَسَكَنتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الْأَمْثَالَ ﴿٤٥﴾
“Dan berikanlah peringatan kepada manusia pada hari mereka ditimpa adzab, kemudian berkatalah orang-orang yang dzalim: ‘Wahai Rabb kami, berilah kesempatan kepada kami (untuk kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul’. (Kepada mereka dikatakan): ‘Bukankah dahulu kamu telah bersumpah bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? dan kamu telah tinggal di tempat-tempat orang-orang yang mendzalimi diri mereka sendiri, dan telah jelas bagimu bagaimana Kami telah memperbuat terhadap mereka dan Kami telah membuat perumpamaan.” (QS. Ibrahim[14]: 44-54)
Di sini Allah mengabarkan kepada kita tentang orang-orang yang dzalim, yang diadzab oleh Allah, berharap mereka diberi kesempatan untuk hidup di dunia walaupun sebentar saja, untuk menerima seruan dan ajakan Allah, taat kepada para rasul, tapi tidak bisa. Dan orang-orang yang dzalim, yang diadzab oleh Allah, akan menyesal, seperti mereka menyesal.
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu pernah berkata, “Orang yang bahagia itu orang yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain.”
Jadi, ketika hidup di atas muka bumi ini, kita harus bisa mengambil pelajaran dari apa yang terjadi sebelum kita dan dari apa yang terjadi di saat-saat ini. Allah kabarkan dalam Al-Qur’an, dari orang-orang yang dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, orang-orang yang melakukan kesyirikan, tidak taat kepada Allah, tidak taat kepada Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atau para rasul sebelumnya. Itu dibinasakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kita lihat di sini, Nabi Shalih ketika mendakwahi mereka agar mentauhidkan, taat kepada Allah dan taat kepada rasul. Mereka malah menolak ajakan Nabi Shalih dan membunuh untanya, kemudian Allah binasakan.
Penulis mengatakan bahwa kalau kita melewati tempat-tempat dibinasakannya orang-orang yang diadzab, kita harus memperhatikan adab-adab berikut ini;
Yang pertama, kita mengambil ibrah akan kebinasaan mereka. Allah Taala berfirman,
Wed, 08 May 2024 - 56min
Show More Episodes
5Podcasts similar to Radio Rodja 756 AM
- Global News Podcast BBC World Service
- El Partidazo de COPE COPE
- Herrera en COPE COPE
- The Dan Bongino Show Cumulus Podcast Network | Dan Bongino
- Es la Mañana de Federico esRadio
- La Noche de Dieter esRadio
- Hondelatte Raconte - Christophe Hondelatte Europe 1
- Dateline NBC NBC News
- 財經一路發 News98
- La rosa de los vientos OndaCero
- Más de uno OndaCero
- La Zanzara Radio 24
- L'Heure Du Crime RTL
- El Larguero SER Podcast
- Nadie Sabe Nada SER Podcast
- SER Historia SER Podcast
- Todo Concostrina SER Podcast
- 安住紳一郎の日曜天国 TBS RADIO
- TED Talks Daily TED
- アンガールズのジャンピン[オールナイトニッポンPODCAST] ニッポン放送
- 辛坊治郎 ズーム そこまで言うか! ニッポン放送
- 飯田浩司のOK! Cozy up! Podcast ニッポン放送
- 吳淡如人生實用商學院 吳淡如
- 武田鉄矢・今朝の三枚おろし 文化放送PodcastQR