Aransemen Rintik : Puisi

Di Foodcourt Kampus Jam 17.00

Di Foodcourt Kampus Jam 15.00

Di Foodcourt Kampus. Jam 13.00

Di Foodcourt Kampus. Jam 11.00

#1 Coklat. #2 Aku Mencintaimu. #3 Pertunangan Hujan dan Angin.

Di Foodcourt Kampus. Jam 09.00

Kebun binatang, menurut laporan sekilas pandang, para orang utan di dalam kandang...

Ada Paskah di bibirmu, bibir yang mencium tanganKu di Getsemani dan mendesak herodes mengambil cemeti dan merajamkan mahkota duri...

Tunas yang bersemi, kemudian layu.

Selamat Tinggal Senja

Sepotong saja!

Senja Di Atas Kapal

Tagadap

Misteri

Senyum

Tanpa Batas

Karena Aku Jatuh Cinta pada Bayanganmu

Merpati

Senyum Euclydan

Malam Diciptakan Ulang

Konsikrasi

Hujan Terlahir dari Ruang Kosong Di Depan Jendela

Sepasang Kupu-Kupu

Pengembaraan Dituntaskan

Selamat ulang tahun

Segenggam kehidupan

Separuh bulan, menatapku curiga.

Genderang bertalu. Ribuan kumbang mendengung. Bersatu. Dengan degup berpacu. Menemu gairah. Walau nafas terbungkus darah.

Degup kerap berdenyut Pada jantung hujaman ini tertikam. Malam panjang serasa berdenyut. Gerimis kerap bergayut.

Tak akan kubiarkan siapapun membebaskan aku dari jerat asmara ini. Biarpun itu engkau!

Dunia yang baru mereka temukan dibawah pelangi. Mengusap senyum dipipi kemerahan -sebuah pagi yang baru saja merekah-

Ada pesta raya, di kebun yang bernama angkasa malam.

Merangkai bunga-bunga yang tak beraturan, dalam satu buket algoritma, untuk gadis matematis yang kau cinta lebih dari mati.

Tidakkah engkau lihat, sahabat, mata-mata nanar liar haus kedamaian. Kedamaian yang tercerabut berserta dengan akar akarnya.

Alam sedang menggelar sebuah pagelaran akbar. Orkestra katak, jengkerik, ikan dalam sebuah kolam.

Rembulan terhenti, memandang kita dan terbelalak sempurna.

Untuk pernikahan dan pertalian, sahabat. Kukirimkan kartu ucapan simpati dan selamat. Karena sudah saatnya kau ikatkan dirimu dalam satu pertalian yang dinamakan pernikahan. Mengikat, tapi tidak menyesakkan. Membebaskan, tapi tahu akan batasan.

Seperti burung dan ngengat membaca awan. Berikan aku satu kesimpulan. Adakah kekasihku datang malam ini.

Hanya ada empat musim ...

Ritual Perang

Malam Terlahir Kembali

Untuk anakku

Damai di bumi, damai di surga, sahabat

Hanya empat musim...

Sang waktu yang misterius

Dari nadi cursor yang berkedip kosong...

Pintu rahasia, menuju hati

Keheningan Rembulan

Blora

Rindu yang tertahan

Kelopak yang sedang Berkembang

Sebuah purnama di angkasa raya

Salam dari Kedalaman

Ketika Kukatakan Cinta

Kecipak Lembut

Kesunyian yang sempurna mengucap rasa.

Pada kedalaman madu, hati ini tertuju.

Duh, biarkan duri cinta, kunikmati.

Hujan dan angin, mencipta tawa juga airmata. Rumahku adalah rumah hujan dan angin. Kamar adalah peraduan hujan dan angin, tempat mereka bercanda sepuasnya.

Apa yang terjadi, terjadilah. Ketika kau tarik picu itu dan sudah kubilang jangan, :kau:, ledakkan bingar jantungku dalam keadaan overclocked.

Puisi absurd tentang hubungan para kekasih

Rahasia terbesar, kehidupan yang dititipkan Tuhan dalam rahimmu.

Dari sisa sisa sampah cahaya di ujung kota

Another world, another story

Sebuah rumah, dibuat oleh tangan-tangan mungil

Bunga dan Kupu

Mereka yang berjerih lelah atas kata-kata.

Galau

Ketika nada-nada berlompatan dari keheningan abadi

Janganlah kau tikamkan belati cemburu itu. karena sinar dimatamu bercerita tentang rindu.

Sebuah surat cinta, tenggelam dalam hashtag dan selfie.

Ada sebuah taman, hanya kuceritakan padamu saja. Karena ini rahasia. Taman yang bernama angkasa raya.

Apa yang Digambarkan Hujan pada Kanvas Putihmu?

Betapa misterinya cinta.

Kutuliskan bunga di dalam surat, dan memang kusiapkan untuk kau petik.

Padang kurusetra. Bulan purnama. Perang digital dimulai.

Senyum bunga bunga bermekaran. Bumi seperti dilahirkan kembali, sungai sungai menggelegak, menemukan semangat yang hilang.

Amarah itu merah, sobat. Menjulur lelidah api, menyengat renggut kesadaran. Mencipta denentum dan kecamuk tak henti. Di demada, dalam relung tersembunyi, bernama merah jemiwa.

Pelangi muncul di halaman seperti kemarau merindukan hujan. Denting sendok dan garpu untuk hari hari yang melelahkan. Mimpi buruk dan tangisan bulan yang jatuh di air kolam. Mimpi indah seperti kilat yang bersahutan. Sebuah semesta kecil. Mewujud dalam sebuah rumah mungil.

Kekasih, dengan sayap pinjaman dari sang bulan, kujemput kau di nebula malam.

Bercerita tanpa kata-kata, menangis tanpa air mata. Langit bagaikan layar, kisah tentang perjalanan ombak di ketenangan pusaran.

Untuk ibu, yang mengenal kita sebelum kita ada.

2016. Sarinah. -pada sebuah cafe yang menawarkan siluet hitam putih dalam secangkir kehidupan-

Penemuan gemilang, sebuah teknologi melawan gravitasi, mengemudikan kebudayaan dalam kecepatan suara .

Antara madu dan sengat, tidak bisa dipisahkan

Bunyi hujan, menciptakan aransemen rintik.

Ada cinta atas duka, ada rindu Sejalan sepi. Tergenggam antara kecamuk hening sunyi.

Karena bumi tak lagi cantik tanpamu....

Puisi tentang sebuah negeri yang diberkati.

Sebuah rumus bangun tentang pertemuan dan perpisahan.

Ibunda malam, yang tersisih dari siang, masuk dalam dekapan malam.

Kepada anyelir yang membungakan kebun. Kutumbuhkan benih dengan sentuhan embun, kepada dahan.

2005. Bali. In memoriam untuk para korban, semoga tidak terjadi lagi di bumi tercinta ini. - Sebuah sirine meraung mencari korban. Bunga bunga dipanen dalam buket kesedihan. Malam memerah oleh darah yang bertebaran. Dalam tangisan penghabisan, semua kenangan tertumpah. Malam itu. Kukecup kematian, yang menarikku bagai tatapan mata seorang kekasih yang menawarkan senyuman yang tak akan mampu aku tolak. -

Keluh kesah kunang kunang malam berkeriapan dan cahayanya luruh dalam hitam lembut bola mata, adalah air mata simpati yang bermuara pada mata yang menampilkan keindahan senja.

Jika kupatahkan sayap horison sekali lagi dan kudapatkan warna lembayung di sela sela senyummu hari ini, kuyakinkan engkau bahwa segala yang terlukis di biru langitmu adalah sebuah lukisan jernih tanpa goresan.

Setangkai bunga yang tak terpetik. Mari kita bicarakan hal yang sama, seperti kemarin dan kemarin dulu waktu itu hujan mulai rintik dan matamu sembab karena amarah.